PEMBENIHAN IKAN
NILA GESIT
(Genetically
Supermale Indonesian of Tilapia)
DI BBPBAT SUKABUMI
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN
Oleh :
Abdul Robani 12/APY/0666
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
AKADEMI
PERIKANAN YOGYAKARTA
Maret, 2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi
yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
pe-nyediaan bahan pangan berprotein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja.
Salah satu sektor budidaya perikanan darat yang sangat prospektif untuk saat
ini hingga akan datang, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun
ekspor adalah ikan nila (Anonim, 2011).
Ikan nila merupakan jenis ikan yang paling cepat pertumbuhannya
di-bandingkan ikan lain. Ikan nila dapat tumbuh sampai 1 Kg per ekornya dengan
rasa dagingnya yang sangat enak. Ikan ini merupakan ikan favorit bagi para
peternak ikan karena nilai jualnya yang tinggi sekaligus pertumbuhannya yang
pesat menyebabkan waktu panennya lebih pendek. Ikan nila juga mudah sekali
dalam pembudidayaannya, bahkan ikan ini dapat dibudidayakan dengan berbagai
macam cara, yaitu dapat menggunakan kolam, jaring apung, atau keramba, di
sawah, bahkan di kolam yang berair payau (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Salah satu jenis ikan nila yang sekarang banyak dibudidayakan
adalah ikan nila gesit (Genetically Supermale Indonesian of Tilapia).
Ikan nila gesit di-hasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi
oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan
Fakultas Pe-rikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP). Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan
se-cara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat dihasilkan ikan nila jantan
super-YY yang telah dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal
15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dengan nama nila gesit
(Carman dan Sucipto, 2009).
Ikan nila gesit yang berkromosom YY apabila dikawinkan dengan
betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya berkelamin
jantan XY (genetically male tilapia). Karena pertumbuhan ikan nila jantan lebih
cepat, maka hal ini menjadi jawaban untuk efisiensi usaha budidaya ikan nila,
guna memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor. Pertumbuhan nila gesit dapat
mencapai 1,6 kali lebih cepat dibanding nila biasa ( Anonim, 2011).
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui cara perkembangbiakan pada ikan nila gesit.
2. Untuk memeahami cara reproduksi pada ikan nila gesit.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara membuat produksi ikan nila meningkat
dan menaikkan nilai jual ke pasaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul Nila Gesit
Selain sudah memasyarakat, pengembangbiakan ikan nila relatif mudah
di-bandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurame. Dalam
proses budidaya secara alami dihasilkan rasio jantan dan betina adalah 60:40,
se-hingga usaha budidaya ikan nila diarahkan pada produksi ikan berkelamin
jantan alias monosex. Ikan nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset
panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang
kemudian bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Melalui kegiatan
penelitian yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat
dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah dilepas oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta,
dengan nama nila gesit. Teknologi produksi ikan nila gesit merupakan inovasi
teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan nila yang
berkelamin jantan melalui program pengembangbiakan yang menggabungkan teknik
feminisasi dan uji pro-geni untuk nila jantan yang memiliki kromosom YY (YY genotypes).
Ikan nila jantan dengan kromosom YY atau ikan nila gesit apabila dikawinkan
dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya
ber-kelamin jantan XY (genetically male tilapia) (Carman dan Sucipto,
2009).
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Nila
Dari ilmu taksonomi diketahui nila masih satu marga (genus) dengan
ikan mujahir, yaitu Oreochromis. Ikan nila termasuk
ordo (bangsa) : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis Niloticus
Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan ramping dengan
sisik-sisik berukuran besar. Perbandingan panjang terhadap tinggi tubuh adalah
3:1. Pada sirip punggung, sirip perut, dan sirip ekor terdapat jari-jari lemah
tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip dada dan sirip ekor tidak memiliki
jari-jari seperti duri. Matanya berukuran besar dan menonjol dengan tepi
berwarna putih. Gurat sisi (línea lateralis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian
berlanjut lagi tetapi letaknya lebih ke bawah dibanding garis me-manjang di
atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 34 buah. Terdapat pola garis
vertikal, 6 buah pada sirip ekor, 8 buah pada sirip punggung, dan 8 buah pada
tubuh (Ciptanto, 2010).
2.3. Habitat
dan Kebiasaan Hidup
Habitat ikan nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau,
waduk, dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas
(euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas
yang cocok untuk nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand), namun salinitas
yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. Sedangkan menurut Tim
Karya Tani Mandiri (2009),
Selain itu, pH air yang cocok dalam budidaya ikan nila adalah 6-8,5,
namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih ditolelir
nila adalah 5-11. Suhu optimal untuk pertumbuhan nila antara 250C-300C. Pada
suhu 220C, nila masih dapat memijah, begitu pula pada suhu 370C. Pada suhu
dibawah 140C atau lebih dari 380C, nila mulai terganggu. Suhu mematikan berada
pada 60C dan 420C. Ikan nila juga dapat hidup pada perairan dengan kandungan
oksigen minim, kurang dari 3 ppm (part per million). Oleh karena itu, ikan ini
dapat dipelihara di kolam tadah hujan dan air tergenang lain yang minim
oksigen, termasuk di kolam terpal. Untuk pertumbuhan optimalnya, nila
membutuhkan perairan dengan kandungan oksigen minimal 3 ppm (Kordi, 2010).
2.4. Makanan
dan Kebiasaan Makan
Ikan
nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnívora. Ikan ini dapat
berkembang biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat
ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa
akan diberi makanan tambahan, seperti pelet dan daun talas (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
Menurut Kordi (2010), untuk pemeliharaan ikan nila,diberikan pakan
buatan (pellet) yang mengandung protein antara 20-25 %. Menurut penelitian,
nila yang diberikan pellet yang mengandung 25 % protein akan tumbuh optimal.
Untuk memacu pertumbuhan ikan nila, pakan yang di-berikan hendaknya mengandung
protein 25-35 %. Dari pemeriksaan labolatoris, pada perut nila ditemukan
berbagai macam jasad, seperti Soelastrum, Scenedesmus, Dictiota, Oligochaeta,
larva Chironomus, dan sebagainya. Ternyata kebiasaan makan nila berbeda sesuai
dengan tingkatan umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton, seperti
Rototaria, Copepoda, dan Clodocera. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan
makanan di perairan dengan bantuan mucus (lendir) dalam mulutnya. Makanan
tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan
kecil diperairan alami mencari makanan di bagian perairan yang dangkal,
sedangkan ikan-ikan yang berukuran lebih besar mencari makan di perairan yang
dalam.
2.5. Kebiasaan Berkembangbiak
Ikan nila dapat mencapai dewasa pada umur 4-5 bulan dan ia akan
mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5-2 tahun.
Secara alami, nila biasanya memijah setelah turun hujan. Bila tiba saatnya
memijah, induk jantan membuat sarang berbentuk cekungan di dasar perairan yang
diameternya sekitar 30-50 cm, kemudian induk jantan “menjemput” (menggiring)
induk betina pasangannya masuk ke dalam sarang. Induk betina akan menge-luarkan
telur dan pada saat yang sama induk jantan mengeluarkan sperma, sehingga
terjadi pembuahan di dasar sarang. Dan telur ikan nila berbentuk bulat dan
berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah induk betina
mengeluarkan telur sebanyak 250-1.500 butir Kordi (2010).
Menurut Arie (2004), telur ikan nila bersifat tenggelam tetapi
tidak menempel, dan berwarna kuning dengan diameter telur 2,5-2,8mm. Seekor
induk betina dengan berat 600 gram dapat menghasilkan sebanyak 2.000-3.000
butir. Ikan ini tergolong jenis ikan mengerami telur (mouth breeder).
Pengeraman telur ini dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai
menetas, yaitu selama 6-8 hari. Setelah menetas biasanya larva berukuran 4-6mm
diasuh induk betina di pinggir kolam. Bila ada bahaya, induk betina akan
menyedot dan menyimpan larva tersebut dalam mulut. larva diasuh induknya hingga
kuat berenang dan dapat mencari makan sendiri. Biasanya larva yang kuat
berenang berukuran 8-12mm dan memiliki sifat bergerombol. Dalam perkembang-biakannya,
ikan nila bersifat poligami, yaitu satu induk jantan dapat mengawini beberapa
induk betina. Induk jantan yang sudah pernah memijah dapat mencari pasangannya
yang lain. Tanda induk jantan sudah siap memijah adalah tubuhnya tampak bercahaya
dan sifatnya agresif.
2.6. Pembenihan ikan nila
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2009), pembenihan ikan nila secara
intensif terbagi atas; a) pembuatan kolam, b) pemilihan induk dan penyimpanan,
c) pematangan gonad dan telur induk, d) pemijahan dan penetasan telur, e)
pemanenan larva.
2.6.1 Pembuatan
Kolam
a. Kontruksi
kolam
Kontruksi
kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang
menggunakan pintu monik sebagai outlet. Outlet kolam menggunakan “standing
pipe”. Kontruksi tersebut tidak memerlukan kayu papan untuk menutup pintu
pengeluaran kolam (outlet). Saat pemanenan, cukup dengan memiringkan
pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat. Kematian
larva dan induk pun relative sedikit. Tenaga kerja yang efisien dan efektif,
yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800m2. Kontruksi dasar dalam
dilengkapi dengan bak yang disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi
panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam dan tingginya
50-70cm. Kobakan dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya sebagai
tempat berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam
(kamalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan
induk dan larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
b. Persiapan
kolam
Untuk
pemijahan ikan nila adalah peneplokan/perapihan pematang agar pematang tidak
bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kamalir,
membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan peralon, pemasangan
saringan di pintu pemasukan, dan pengisian kolam dengan air. Pemasangan
saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator
atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas
benih yang dihasilkan.
2.6.2 Pemilihan
Induk dan Penyimpanan
2.6.2.1
Pemilihan Induk
Untuk memilih induk yang baik diperlukan pengalaman. Namun demikian sebagai
pedoman praktis, ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah sebagai berikut.
a). Umur antara 4-5 bulan dan bobot 100-150 g. Induk yang paling
produktif bobotnya antara 500-600g.
b). Tanda nila jantan, warna badannya lebih gelap dari betina. Bila
waktunya mijah, bagian tepi sirip berwarna merah cerah. Sifatnya galak terutama
ter-hadap jantan lainnya. Alat kelamin berupa tonjolan (papilla) dibelakang
lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma.
Tulang rahang melebar kebelakang yang memberi kesan kokoh. Bila waktu memijah
tiba, sperma yang berwarna putih keluar dengan pengurutan perut ikan ke arah
belakang. Sisik nila jantan lebih besar dari pada nila betina. Sisik di bawah
dagu dan perut berwarna gelap. Sirip punggung dan ekor ber-garis yang
terputus-putus.
c). Tanda nila betina, alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang
anus. Namun pada tonjolan itu ada 2 lubang. Lubang yang depan untuk
mengeluarkan telur, sedang lubang belakang untuk mengeluarkan air seni. Warna
tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakkannya lamban. Bila telah
mengandung telur yang matang (saat hampir mijah), perutnya tampak membesar.
Namun bila perutnya diurut, tidak ada cairan atau telur yang keluar. Sisik di
bawah dagu dan perut berwarna putih/cerah. Sirip punggung dan ekor
bergaris-garis tidak terputus-putus.
2.6.2.2
Penyimpanan Induk
Kolam
penyimpanan induk dibuat minimum ukuran 2m x 1m, kedalaman 0,75m untuk 2 ekor
indukan, dan aliran air minimal 1 L/menit/m2. Pakan di-berikan 3% x bobot total
induk, dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Induk jantan dan betina
disimpan secara terpisah. Padat penebaran induk 1 ekor/m2.
2.6.3
Pematangan Gonad dan Telur Induk
Pematangan
gonad dan telur induk merupakan tahap pertama dalam pemijahan benih. Dalam bak
penyimpanan, aliran air paling sedikit 0,8L/menit. Induk diberi pakan (pellet),
3% x bobot total induk dan diberikan sebanyak 3 kali sehari yang mengandung
protein sebanyak 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dari 3%. Perlu pula
ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dari taoge dan daun-daunan/sayuran
yang diiris. Kurang lebih 2 minggu kemudian, induk sudah mengalami matang gonad
dan telur. Pada saat itu induk sudah dapat dipijahkan. Bobot induk antara
500-600g.
2.6.4 Pemijahan dan Penetasan Telur
Untuk
kolam yang luasnya 100m2 dapat ditebar induk nila sebanyak 90 ekor yang terdiri
30 ekor jantan dan 60 ekor betina. Bila telah mendapatkan pasangan ikan jantan
membuat cekungan di dasar kolam sebagai tempat pemijahan. Cekungan berbentuk
bulat cekung dengan garis tengah kira-kira 30-50 cm atau tergantung ukuran
induk ikan. Setelah cekungan selesai dibuat, pasangan ikan nila melakukan
pemijahan pada saat matahari terbenam, selama proses pemijahan, induk betina
berada di dalam cekungan. Kemudian induk jantan mendekati induk betina. Pada
saat itu induk betina mengeluarkan telurnya. Telur-telur itu ter-simpan dalam
cekungan dan dalam waktu yang bersamaan induk jantan menghamburkan spermanya
dan terjadilah pembuahan telur (fertilisasi). Pe-lepasan telur terjadi beberapa
kali dalam jarak waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan
kurang lebih 10-15 menit. Sekali bertelur induk nila dapat mengeluarkan telur
300-3000 butir, tergantung berat dan umur induk betina.
Telur yang telah dibuahi lalu dikulum oleh induk betina di dalam
rongga mulut untuk dierami. Selama mengerami telur, induk betina tidak makan
sehingga kelihatan kurus. Selesai pemijahan, induk nila jantan pergi
meninggalkan induk betina. Beberapa hari kemudian, induk jantan itu dapat
melakukan perkawinan dengan betina lainnya. Telur menetas setelah dua hari.
Anak nila (burayak) yang baru menetas masih mengandung kantong kuning telur.
Ukuran burayak yang baru menetas antara 0,9-1 mm. Burayak ini masih terus
tinggal di dalam mulut induknya sampai 5-7 hari sampai kuning telurnya terserap
habis. Setelah itu burayak mulai mencari makan diluar mulut induknya.
2.6.5 Pemberian
Pakan
Pakan
memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan selama
budidaya dapat mencapai sekitar 60-70% dari biaya operasional budidaya (Hadadi,
dkk., 2009). Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen
penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang
terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam
kehidupannya (NRC, 1993) sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun
belum tentu memiliki kualitas yang baik oleh karena itu, perlu dicari
alternatif bahan pakan yang dapat membantu dalam proses pencernaan pakan. Salah
satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah serat
kasar (Ratna et.al., 2012).
Pemupukan
kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang
yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus
(cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga
masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan
kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan
bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan
C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga
diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai
pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa
maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat
rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam.
Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa
220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum
ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti
bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau
han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan
sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan
kolam.
2.6.6 Pencegahan
Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat
diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkungan dan keadaan yang
tidak menyenangkan. Seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan,
penanganan yang kurang baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif
dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan
tersebut. Apabila sudah terjadi penyakit yang
serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya yang dilakukan akan
terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida
ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal. Untuk mengatasi hal ini, maka salah
satu hal yang paling umum dilakukan adalah melakukan pencegahan akan lebih
murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain
melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.
Jenis penyakit ikan antara lain :
Jenis penyakit ikan antara lain :
1. Hama
a) Bebeasan
(Notonecta)
Berbahaya bagi
benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke
permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva
cybister)
Menjepit badan
ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas;
hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur
telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap
dan membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih
dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan
pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f) Burung
Memakan benih
yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi
penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali
penghalang.
2. Penyakit
a) Penyakit
pada kulit
Gejala: pada
bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.Pengendalian:
(1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan
dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2)
direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5
%.
b) Penyakit
pada insang
Gejala: tutup
insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan
di atas.
c) Penyakit
pada organ dalam
Gejala: perut
ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan
di atas.
Secara umum
hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada
budidaya ikan nila:
a) Pengeringan
dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan
ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari
penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem
pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan
air.
e) Pemberian
pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f) Penanganan
saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan
benar.
g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus
reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal
perkolaman.
2.6.7 Masa Pemanenan
Untuk melakukan pemanenan secara
mudah bisa juga dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total atau
sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama
sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang
dibuang. Dalam budidaya ikan nila tidak hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan kolam yang terbuat dari semen ataupun
langsung menggunakan tanah melainkan juga dapat menggunakan kolam yang terbuat
dari terpal.
Pemanenan ikan
nila dapat dilakukan dengan cara : panen total dan panen sebagian.
a) Panen total
Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm.
Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dala penangkapan ikan. Pemanenan
dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
b) Panen
sebagian atau panen selektif
Panen selektif
dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran
tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah
ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat
jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat
dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
2.6.8 Pascapanen
Penanganan
pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun
ikan segar :
a) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual
dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar
20 0C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu
padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal
yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan
jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng
atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50
cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu
6-7 0C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan
disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi
dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.
c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih
adalah sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit,
parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas
hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa
hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan
aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m
x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan
harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan
lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Sistem
terbuka
Dilakukan
untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama.
Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter
dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem
tertutup
Dilakukan
untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih
ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong
plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong
plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong
plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi
membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan
tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat
tujuan
adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul
tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
- buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari
kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan
tetrasiklin selama 1-2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat
juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak
4% selama 3-5 menit.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ikan
merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup
manusia. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah salah
satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia.
2. Persyaratan
lokasi budidaya yaitu : Tanah yang baik; Kemiringan tanah yang
baik; Ikan nila cocok dipelihara; Kualitas air; Debit
air; Nilai keasaman air (pH); Suhu; dan Kadar Air.
3. kolam
yang biasa digunakan dalam budidaya ikan nila antara lain : Kolam
Pemeliharaan Induk/Kolam Pemijahan; Kolam Pemeliharaan Benih/Kolam
Pendederan; Kolam Pembesaran; Kolam/tempat Pemberokan.
4. Ciri-ciri
induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a)
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
b)
Pertumbuhannya sangat cepat.
c)
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d)
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e)
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f)
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan
berumur sekitar 4-5 bulan.
5. pemeliharaan
kolam/tambak antara lain : ekstensif, semi-intensif, dan intensif.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya sebagai penulis, dan
juga bagi pembaca. Bisa menambah ilmu pengetahuan dan lebih paham tentang
budidaya ikan nila. Bisa memahami lebih detail tentang budidaya ikan nila.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhariya, Endjo. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L)
Tanaman Obat Tradisional.Perkembangan Teknologi 15(1): 18-23.
Kordi. 2010. Ikan nila. Jurnal Aquaculture. No. 5. Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang.
Anonim.
2011. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya : Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri, 2009. Protokol Pemuliaan (Genetic
Improvement) Ikan Nila. Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional. BBPBAT
Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelauta dan
Perikanan.
Ratna Ayu Megawati, Muhammad Arief, dan Moch. Amin
Alamsjah. 2012. PemberianPakan Dengan Kadar Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna PakanPada Ikan Berlambung Dan Ikan Tidak Berlambung. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2 . Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo - Surabaya.