Senin, 17 November 2014

Penyakit Akibat Lingkungan pada Musim Hujan

PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN PADA MUSIM PENGHUJAN

Penyakit ikan akibat faktor lingkungan pada musim hujan sering mengakibatkan kerugian yang serius, karena kematian yang terjadi berlangsung sangat singkat dan umumnya mematian seluruh populasi ikan.

Kasus penyakit tersebut misalnya kematian masal pada ikan komet di dalam kolam konteks budidaya ikan pada lahan dan air terbatas, maka penyakit akibat faktor lingkungan musim penghujan yang mungkin terjadi akan lebih kompleks . Oleh karena itu, pada tulisan ini hanya dibahas beberapa penyebab yang lebih dominan.

Ikan tercekik

Kekurangan oksigen terlarut, sering menjadi masalah pada budidaya ikan, baik di kolam maupun di perairan umum. Kondisi ini umumnya terjadi menjelang pagi hari di perairan yang memiliki populasi fitoplankton tinggi, atau pada saat tekanan atmosfir rendah dibarengi dengan tidak ada cahaya matahari karena tertutup awan dalam tempo yang cukup lama.

Keracunan nitrit

Keracunan nitrit atau methemoglobinemia atau penyakit darah coklat adalah penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air. Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan.

Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit . Nitrit selanjutnya akan dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Apabila pakan ikan terlalu intensif atau Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan . Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm.

Keracunan ammonia

disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air. Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan.

Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit. Nitrit selanjutnya akan dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Apabila pakan ikan terlalu intensif atau Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan. Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm.

Ammonia terdapat dalam dua bentuk, yaitu yang tidak terionisasi dan sangat beracun (NH3) dan yang terionisasi dan kurang beracun (NH4+).

Mekanisme keracunan ammonia berlangsung seperti halnya keracunan nitrit, dan umumnya akibat pemberian pakan yang berlebihan atau

bahan organik; sementara populasi bakteri pengurai nitrogen yang ada tidak mencukupi. Daya racun ammonia sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu air. Semakin tinggi pH atau suhu air, maka makin tinggi pula daya racun ammonia.

NH4+ <----> NH3 + H+

pH mendorong persamaan reaksi ke ---> suhu tinggi akan mendorong persaman reaksi ke --->

Gejala klinis yang tampak pada kondisi keracunan ammonia secara umum hampir sama dengan keracunan nitrit yaitu ikan terlihat lemas, meloncat ke permukaan air atau berkumpul di saluran pemasukan air, karena lapisan epitel pada filamen insang tidak berfungsi melakukan proses difusi.

Emboli gas (Gas bubble disease)

Emboli gas adalah kondisi dimana konsentrasi gas lewat jenuh yang ada dalam air keluar dari larutan dan membentuk emboli gas dalam tubuh ikan. Emboli gas tersebut mungkin terjadi di bawah kulit atau dalam pembuluh darah. Emboli di bawah kulit akan merusak kekompakan kulit sebagai pertahanan utama terhadap infeksi patogen serta menjaga keseimbangan osmotik, sedangkan emboli pada pembuluh darah akan membendung aliran darah, terutama pada insang ikan.

Fluktuasi suhu air yang ekstrim

Perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonal dan fisiologis tubuh ikan, dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan ini yang berakibat stres bahkan kematian mendadak. Sebagian besar ikan budidaya, memiliki kemampuan yang tinggi untuk hidup pada kisaran suhu air yang cukup luas, yang sulit untuk ditoleransi adalah fluktuasi suhu yang tinggi dalam tempo yang relatif singkat.

Kondisi ini sangat sensitif, terutama bagi larva dan benih ikan.

Limbah pollutan

Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi : Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co.

Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan dideposit oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak yang tersimpan dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada akhirnya akan mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan lain-lain.

Penyakit malnutrisi

Defisiensi vitamin C merupakan penyakit yang umum terjadi, akibat yang paling popular adalah "broken back syndrome" seperti scoliosis dan lordosis.

Vitamin C sangat berperan dalam:

1) proses osifikasi atau konversi dari tulang rawan menjadi tulang sejati,

2) sebagai co-enzim reaksi biokimia dalam tubuh,

3) meningkatkan ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit infeksius,

4) mencegah pengaruh negatif akibat gangguan lingkungan atau stres, serta

5) mempercepat proses penyembuhan luka .

Selain kelima manfaat tersebut, penambahan vitamin C diatas kebutuhan normal juga terbukti dapat menunjang kesehatan ikan mulai dari perkembangan telur hingga dewasa, serta berperan positif bagi pertumbuhan ikan.

Penyakit genetis

Penyakit akibat faktor genetik sangat jarang dilaporkan, meskipun secara aktual merupakan penyebab yang kompleks pada usaha budidaya ikan. Perkawinan sekerabat (in breeding) yang berlangsung terus menerus akan berdampak penurunan variasi genetik dalam tubuh ikan, dan dampak yang terlihat antara lain :

1) pertumbuhan yang lambat (kuntet) dan variasi ukuran yang luas (blantik),

2) lebih sensitif terhadap infeksi patogen,

3) organ tubuh invalid, seperti operkulum yang tidak tertutup sempurna, tubuh bengkok atau tidak memiliki salah satu sirip,

4) dan lain-lain.

Sabtu, 15 November 2014

panen ikan komet

Pemanenan Ikan Komet
pada hari minggu tanggal 16 November 2014
nama konsumen : Bpk. Agus Dwi Wasono. S.E.

Analisa Usaha Budidaya Ikan Komet (tahap pembenihan)
Investasi
Indukan (2 ekor ikan komet jantan dan 2 ekor ikan komet betina)
= 2 ekor ikan komet @ Rp5.000,- Rp. 10.000,-
Biaya Produksi
- 1 kolam (tempat ikan bertelur) @ Rp5.000,- Rp. 5.000,-.
- 1 tenaga kerja Rp. 20.000,-
- Pakan Rp. 15.000,- +
Total Rp.50.000,-

Hasil Penjualan (tingkat petani)
  2 kolam = 300 ekor benih @ Rp 500,- Rp. 150.000,- -

Laba kotor Rp. 50.000,-

Catatan:

* Laba kotor yang dihasilkan pada panen pertama memang hanya Rp50 ribu. Tapi, indukannya dapat dipakai lagi, sehingga tidak perlu membeli lagi atau menghemat Rp100 ribu, setiap kali panen.
* Mereka mampu bertelur tiga bulan sekali, selama dua tahun. Jadi, silahkan Anda menghitung berapa rupiah yang dapat dihemat dan berapa laba kotor yang dapat dikumpulkan dari setiap kali panen, hanya dari pembenihan.
* Upah yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut merupakan upah maksimal, yang diberikan untuk mengurusi pembiakan ikan komet dari mengawinkan hingga memanen. Besar kecilnya upah yang diterima sang tenaga kerja, sangat tergantung pada banyak sedikitnya hasil panen.
Risiko kematian 20%.
* Jangan menetaskan telur ikan ketika cuaca sedang dingin atau banyak hujan. Karena, pertumbuhan ikan akan terhambat.
* Ciganjur dan Depok merupakan kota-kota yang paling representatif untuk budidaya ikan, mengingat kondisi alamnya mirip Cianjur.
* 1 kolam setara dengan1 liter benih ikan komet. Sedangkan harga per liter benih ikan komet bervariasi antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, tergantung kondisi pasar.

Jumat, 07 November 2014

cara kerja pembenihan ikan komet



3.3 Cara Kerja
3.3.1 Persiapan Wadah
1.Dicuci akuarium dengan menggunakan sabun detergen. Digosok-gosok seluruh bagian akuarium menggunakan spon/busa. Dibilas dengan air bersih secara berulang-ulang dan keringkan.
2. Dipasang Koran di suluruh sisi-sisi akuarium.
3. Diisi akuarium dengan air bersih sebanyak ¾ dari tinggi akuarium.
4. Dimasukkan substrat atau tanaman air ke dalam akuarium
5. Dimasukkan induk ikan komet (Carassius auratus) ke dalam akuarium.
6. Dipasang aerator.

3.3.2. Seleksi induk
1. Diseleksi induk ikan komet yang telah matang gonad.
2. Diseleksi induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut.
 3. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2 (jantan : betina).
4. Dimasukkan kedalam wadah/akuarium pemijahan.

3.3.3. Pemijahan
1. Pemijahan ikan komet dilakukan pada malam hingga waktu dini hari.
2. Kemudian keesokan hari nya telur sudah menempel pada substrat (kayu apu).
3. Setelah induk telah selesai memijah, dipisahkan induk dari telur ke akuarium yang lain.

3.3.4. Perhitungan Jumlah Telur
1. Dihitung luas akar dari kayu apu dengan rumus :
Ø  Panjang Akar x Jumlah kayu apu
2. Dihitung rata-rata jumlah telur dengan 10 kali ulangan dengan rumus :
Ø  Jumlah telur : Ulangan
3. Dihitung jumlah total telur ikan komet yang ada di substrat kayu apu, dengan rumus :
Ø  Rata-rata jumlah telur x luas kayu apu

3.3.5. Perkembangan Telur
1. Diambil telur yang telah terbuahi secara acak menggunakan pinset.
2. Diletakkan telur di kaca benda dan ditambahkan sedikit air agar telur tidak mati.
3.Diamati perkembangan telur hingga fase larva menggunakan mikroskop.            Dilakukan pengamatan perkembangan telur hingga fase larva dengan cara :
a.       Dilakukan pengamatan tahap I setiap 10 menit selama 2 jam setelah fertilisasi.
b.      Dilakukan pengamatan tahap II setiap 30 menit selama 7 jam setelah pengamatan tahap I.
c.       Dilakakukan pengamatan tahap III setiap 60 menit hingga telur menetas setelah pengamatan tahap II.
d.      Digambar setiap fase perkembangan embrio dan dicatat waktu pengamatannya.

3.3.6. Pemeliharaan Larva
1. Diberikan kuning telur ayam yang telah direbus sebagai pakan tambahan untuk larva ikan komet.
2. Dicatat keseluruhan kegiatan pemijahan, perhitungan telur, dan   perkembangan telur dalam log book.

3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang memberi gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data atau  kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga meliputi teknik  analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang Teknik Pembenihan Ikan komet yang meliputi : pemijahan terhadap ikan komet, perkembangan telur ikan komet, dan pemeliharaan larva ikan komet.


TEKNOLOGI BUDIDAYA BIOTA EKSOTIK bab 3



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat
            Adapun waktu akan pelaksanaan praktikum ini yaitu : pada hari sabtu tanggal 11 Oktober  2014 pukul 09:00 WIB  di Laboratorium Reproduksi Akademi Perikanan Yogyakarta.
B.   Alat dan bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum budidaya ikan komet ini dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Alat :
Kegunaan :
1.
Kolam Fiber
Wadah induk komet
2.
Selang airasi
Suplai oksigen
3.
Batu airasi
Suplai oksigen
4.
Busa / spon
Pembersih aquarium
5.
Aquarium
Wadah pemijahan & pemiliharaan larva
6.
Selang in let dan out let
Pengisian dan pembuangan air

No
Bahan :
Kegunaan :
1.
Induk ikan komet
Sebagai objek pemijahan
2.
Eceng gondok
Subtrat / penempelan telur ikan komet
3.
Tanaman Air
Untuk memperindah kolam budidaya eksotik
3.
Air tawar bersih
Media pemijahan dan pemeliharaan
4.
Cacing sutra dan Denol
Untuk pakan larva dan benih


DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. Garland Science NCBI Books. London.
Anonim. 2011. Ikan Komet (goldfish). http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. Diakses tanggal 30 November 2011. 
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.