LAPORAN KUNJUNGAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Oleh :
Abdul Robani
12/APY/0666
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
AKADEMI
PERIKANAN YOGYAKARTA
Februari,
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkesempatan dalam memberikan
limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan yang berjudul
“Kunjungan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Laporan ini disusun dalam hal
tugas Mata Kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Atas tersusunnya makalah
ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Riski Tanjung, S.Pi.
2. Kedua orang tua tercinta yang
selalu memberikan do’a dan dukungannya`.
3. Semua pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta, 16 Februari 2015
Penulis
Abdul Robani
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Waktu
dan Tempat
II.
HASIL KUNJUNGAN
2.1 Lokasi
: BBPBAT Sukabumi
2.1.1
Hama
2.1.2
Penyakit
2.1.3
Pengendalian Penyakit
2.2 Lokasi
: Dee Jee Fish
2.2.1
Penyakit Parasit
2.2.2
Penyakit Jamur
2.2.3
Penyakit Bakteri
2.2.4
Penyakit Non Infeksi
III.
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia
sebagai
Negara kepulauan dengan dengan luas wilayah dua pertiga terdiri dari lautan dan
sepertiga daratan, memiliki potensi sumberdaya alam hayati cukup besar, seperti
sumberdaya hayati perikanan merupakan salah satu modal besar dalam pembangunan
nasional. Pembangunan perikanan khususnya budidaya menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Hampir seluruh daerah di Indonesia aktif dan giat dalam pembangunan
perikanan khususnya budidaya air tawar di BBPBAT Sukabumi dan Dee Jee Fish. Propinsi jawa barat merupakan
salah satu daerah yang cukup produktif dalam budidaya perikanan, karena mobilitas
produk perikanan sangat tinggi, baik masuk ataupun keluar dari popinsi jawa
barat, sehingga serangan penyakit pada ikan dapat timbul sewaktu-waktu,
bersifat eksplosif (meluas), penyebarannya cepat dan seringkali menimbulkan
kematian yang cepat pula. Penyakit ikan disebabkan oleh parasit,
bakteri, jamur, virus, faktor lingkungan dan nutrisi atau makanan. Salah satu
cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan identifikasi penyakit
penyebab pada ikan.
Identifikasi
hama dan penyakit ikan merupakan bagian dari pemeriksan penyakit ikan. Selain
identifikasi penyakit masih ada deteksi, diagnosis, serta karakterisasi
penyakit ikan. Deteksi penyakit ikan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
penyakit ikan, sedangkan diagnosis bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit
ikan, lalu identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis dan sifat umum dari
miikroorganisme penyebab penyakit ikan, sedangkan karakterisasi ditujukan untuk
mengetahu sifat-sifat khusus dari miikrooganisme penyebab penyakit ikan.
Seiring
dengan peningkatan peran sektor ini dalam pembangunan nasional, ekses negatif
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan pun semakin meningkat akibat usaha
intensifikasi tanpa mengindahkan daya dukung lingkungan dan rendahnya
efektifitas upaya pencegahan dan pengendalian. Salah satunya berupa serangan
hama dan penyakit ikan yang menjadi penyebab utama kegagalan dalam usaha
budidaya. Umumnya wabah penyakit yang menyerang ikan dikolam disebabkan oleh
kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan kolam. Jarang sekali dijumpai
adanya serangan penyakit terhadap ikan yang dipelihara di kolam-kolam yang
terawat baik.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat menganalisa penyakit,
virus, maupun bakteri yang menyerang ikan di BBPBAT Sukabumi dan Dee jee fish.
Dapat menentukan atau mendiagnosa penyakit ikan
serta cara yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut
1.3 Manfaat
Manfaat yang
diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa bisa melakukan pemeriksaan dan
penanggulangan khususnya pada bakteri dan virus yang menyerang suatu usaha
budidaya dan dapat menanggulangi masalah parasit tersebut baik dalam skala
massal dan dapat terjun langsung di dalam masyarakat.
1.4 Waktu dan
Tempat
Adapun waktu
pelaksanaan kunjungan praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, jurusan
Budidaya Perairan, pada hari rabu tanggal 11 Februari 2015 yang bertempat di BBPBAT Sukabumi dan
Dee Jee Fish.
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.1 Lokasi :
BBPBAT Sukabumi
Komoditas yang
dibudidayakan di BBPBAT adalah sebagai berikut: Komoditas Budidaya Unggulan
Ikan Nila (Oreochromis sp.) Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.) Ikan Lele (Claris gariepinus) Patin,gurame, Udang Galah dan Ikan
Hias.
2.1.1
Hama
Hama adalah
organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi
produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat
sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing).
Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan
memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan
itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan
yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran
pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang
ada.
Hama yang
menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat.
Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang
sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya
dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama
ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan
carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau
ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan
hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat.
Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama
yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa.
Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah
juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi
pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :
1.
Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya
dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
2.
Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam
kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran
dan hama ke dalam kolam budidaya.
3.
Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama
seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya
Untuk
menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan
bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini
mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis
umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya
racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena
itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau dan
lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan cepat
terurai kembali menjadi netral.
Ada
beberapa tindakan penanggulangan serangan hama yang dapat dilakukan, antara
lain adalah sebagai berikut :
a.
Ular
Ular
adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya,
tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak
memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya
agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan
mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
Penanggulangan
Ular :
1.
Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu, cara menghindari
serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan lingkungan kolam.
2.
Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang
dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya.
3.
Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung
dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
b.
Ikan Seribu
Gupi,
ikan seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu
spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya
menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini
telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam
perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish[1], di
berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal seperti gepi
(Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan
lain-lain.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama ini terhadap
ikan :
1.
Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya
dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
2.
Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam
kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran
dan hama ke dalam kolam budidaya.
3.
Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama
seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam
budidaya.
c.
Keong Emas
Keong
mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah
tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini
mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan
untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh
yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum
dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air
berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke
dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi
paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan.
Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi
atau kurang kandungan oksigen.
2.1.2
Penyakit
Pada
kebiasaannya, penyakit-penyakit ikan adalah disebabkan oleh patogen
(agen-agen
yang menyebabkan penyakit) seperti berikut :
a)
Parasit (Endoparasit/Ektoparasit)
b)
Kulat
c)
Bakteria
d)
Virus
e)
Punca-punca lain seperti faktor genetik dan persekitaran
Ciri-ciri
ikan berpenyakit :
a. Ciri ikan
yang terdeteksi terkena penyakit dilihat dari tingkah laku
·
Ikan cenderung naik kepermukaan
·
Berenang lamban
·
Cenderung memisahkan diri
·
Nafsu
makan berkurang
·
Menggosok-gosokan
tubuh kedinding kolam
b. Gejala
klinis
·
Warna tubuh abnormal
·
Sisik terkuak
·
Mata menonjol
·
Tubuh kasap
·
Borok dipermukaan tubuh
·
Insang rusak
·
Sirip teriritasi
·
Hati abnormal
2.1.3
Pengendalian
Penyakit
Pada
prinsipnya pencegahan akan lebih baik dan efektif daripada mengobati. Dibawah
ini ada hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian penyakit
·
Inang
·
Lingkungan
·
Pathogen
Ketiga
faktor diatas sangat berkaitan satu sama lain, dengan contoh bila kolam atau
media ikan tidak sesuai standar persiapan kolam(lingkungan) maka akan
memudahkan penyakit menempel pada inang begitupun sebaliknya inang tidak akan
terhinggap penyakit bila lingkungan sudah dipersiapkan sesuai standar dengan
contoh adanya pengapuran dan pemupukan begitupun kondisi suhu air yang ideal.
Penyakit
pada ikan terbagi kedalam
·
Parasit
·
Jamur
·
Bakteri
·
virus
a.
Parasit Trichodina sp
Tanda
penyakit : Kulit teriritasi, kumis kriting pada lele
Pengendalian
: Methylene blue+Nacl, garam 500-1000 ppm
Epistilis
sp
Pada
ikan hias terlihat benjolan putih pada permukaan kulit, tampilan pucat
Pengendalian
: Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Chillodonella
sp
Tanda
penyakit: Gerakan lamban, warna tubuh pucat, kulit teriritasi
Pengendalian
: Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Myxosporea
Tanda
penyakit: Insang putih
Pengendalian
: Dengan pengapuran.
Lernaea
sp
Tanda
penyakit: Pendarahan poda lokasi infeksi, kurang nafsu makan
Pengendalian
: Dengan pengapuran
b.
Jamur
Achlya
sp dan Saprolegina sp
Tanda
penyakit adanya hypa (seperti kapas)
Pengendalian
: Methylene blue
c.
Bakteri Aeromonas hydrophila
Tanda
penyakit : Borok, dropsy, iritasi sirip, sisik menguak.
Pengendalian
: Antibiotic yang diijinkan
d.
Virus Koi Herpes Virus ( KHV )
Tanda
penyakit: Kematian masal, kerusakan insang
Pengendalian
: Dengan caya meningkatkan daya tubuh ikan dengan pemberian vitamin C untuk
ikan yang belum terserang.
Menurut
Joko Purwanto, dalam melakukan penelitian KHV di BBPBAT Sukabumi ini, pihaknya
juga bekerjasama dengan beberapa peneliti dari univesitas ternama di Indonesia
seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan beberapa perguruan tinggi yang fokus
dalam dunia perikanan.
Saat ini, vaksin tersebut sudah mulai
digunakan tetapi belum bisa disebar luaskan kepada umum karena masih perlu
beberapa kali penelitian lagi.
Untuk mengetahui sejauh mana vaksin
ini berfungsi pihaknya sudah beberapa kali melakukan uji coba terhadap ikan koi
dan mas dengan cara “menyuntikan” KHV ke tubuh ikan yang sudah diberikan
vaksin.
Selain itu, juga melakukan rekayasa
alam seperti menurunkan suhu lingkungan di mana ikan tersebut ditebar, karena
KHV akan cepat menyerang ikan pada suhu di bawah 27 derajat celcius.
“Kami akui vaksin tersebut masih perlu
perbaikan kualitasnya, karena seperti diketahui virus tidak bisa diobati karena
virus berkembang di benda hidup atau bernyawa dan tidak bisa hidup di benda
mati. Maka dari itu vaksin ini fungsinya untuk imunisasi atau kekebalan daya
tahan tubuh ikan terhadap serangan penyakit yang disebabkan virus,” tambahnya.
Sejak beberapa belas tahun lalu, KHV
merupakan penyakit ikan yang paling ditakuti oleh petani atau pembudidaya ikan,
karena serangannya cukup mematikan bahkan akibat penyakit ini sering terjadi kematian
massal tehadap ikan yang hanya dalam waktu singkat saja. Diharapkan dengan
adanya vaksin ini, ke depannya daya tahan tubuh ikan, khususnya koi dan mas,
bisa lebih tahan terhadap serangan KHV.
2.2 Lokasi : Dee Jee Fish
Komuditas yang dibudidayakan di Dee Jee Fish adalah
sebagai berikut : Ikan Patin, Ikan Baung, dan Ikan Hias.
Penyakit
akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa
parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal
masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan
parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang
mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum
ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan
patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya
diperhatikan.
2.2.1
Penyakit parasit
Penyakit
white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari
jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru
atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air).
Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya
masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan
pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
2.2.2
Penyakit jamur
Penyakit
jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini
biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur
adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan
patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan
dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan
patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di
pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30
menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai
tiga hari berturut- turut.
2.2.3
Penyakit bakteri
Penyakit
bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang
adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami
pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip.
Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang
juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan
Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan
beberapa cara pengobatan. Antara lain: Dengan merendam ikan dalam larutan
kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit, Merendam ikan dalam
larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2.2.4
Penyakit non-infeksi
Penyakit
non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan
disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan
berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat
diidentifikasi dari tingkah laku ikan. – Ikan akan lemah, berenang megap-megap
dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati.
Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar,
tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat. Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih. Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat. Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih. Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
1.
Hama ikan adalah
organisme hewan yang secara langsung maupun tidak langsung membunuh atau
memakan ikan yang dipelihara dikolam.
2. Tidak semua ikan memiliki parasit. Hanya ikan
dalam kondisi tertentu saja yang di tubuhnya terdapat parasit.
3.
Gejala
yang ditemukan terhadap masing-masing parasit dan jamur dapat diketahui dari
morfologi dan tingkah lakunya ikan yang diserang.
4. Semua jenis penyakit seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus yang terdapat pada ikan dapat disembuhkan dan ditanggulangi sebelum ikan tersebut mati.