Senin, 02 Februari 2015

TEKNOLOGI BUDIDAYA BIOTA EKSOTIK “Teknik Budidaya Ikan Komet (Carassius auratus)”

Ikanikanbesar.blogspot.com

TEKNOLOGI BUDIDAYA BIOTA EKSOTIK
 “Teknik Budidaya Ikan Komet (Carassius auratus)”



LAPORAN PRAKTIKUM





 















Oleh :

Nama: Abdul Robani
Nim: 12/APY/0666
                            








PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
AKADEMI PERIKANAN YOGYAKARTA
2014




BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan. Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan.Untuk dapat menghasilkan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti diimbangi dengan pengoptimalan penanganan indukdan larva yang dihasilkan melalui pembenihan yang baik dan berkualitas.
Ikan komet (Carassius auratus), merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer di kalangan masyarakat, khususnya bagi pecinta ikan hias. Bukan hanya itu saja, sudah banyak yang berawal dari sekedar hobi kemudian mengkomersilkannya. Hal ini dikarenakan ikan komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan gerakan yang menarik, dan dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup berdampingan dengan jenis ikan lain bila berada didalam satu tempat, karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan ini dapat dipelihara di hampir semua tempat di dunia asal saja tempatnya bersih dan sehat. Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Budidaya ikan hias ini tidak sulit, modalnya kecil dan seluruh anggota pun bisa dilibatkan, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal utamanya justru keterampilan atau teknik budidaya yang harus terus ditingkatkan.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet pada pemijahan alami ini adalah membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan syarat hidup dan kenyamanan ikan hias agar tingkat kegagalan dapat di minimalisir. Namun ikan komet ini memiliki banyak kelebihan sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan budidaya ikan komet secara eksotik yang terdiri dari mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan, ingin menghasilkan nilai ekonomi yang relatif tinggi dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga dengan teknologi budidaya biota eksotik : Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan nilai jual yang relatif tinggi dan mudah untuk dipasarkan.

1.2 Tujuan Praktikum
         Adapun tujuan praktikum ini sebagai berikut :
1)      Mahasiswa dapat mengetahui cara pembenihan dan pendederan ikan komet (Carassius auratus).
2)      Untuk  dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan komet (Carassius auratus).
3)      Mengetahui penyakit yang ada di ikan komet dan analisis usaha yang dihasilkan dari budidaya ikan komet (Carassius auratus).
1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum adalah dapat menambah wawasan mahasiswa secara langsung mengenai teknik budidaya ikan komet serta dapat diaplikasikan secara langsung dalam praktek di masa yang akan datang.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum      : Chordata                       
Kelas       : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo       : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili     : Cyprinidae
Genus     : Carassius
Spesies   : Carassius auratus
2.2 Biologi ikan komet (Carassius auratus)
2.2.1. Morfologi ikan komet (Carassius auratus)
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.2. Taksonomi ikan komet (Carassius auratus)
Bentuk tubuh ikan mas komet memanjang dan memipih, tegak (compressed) dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi (linnea lateralaris) pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari-jari luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur yang sama (Anonim, 2011).
2.2.3 Habitat Hidup ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.4. Reproduksi ikan komet (Carassius auratus)
Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan (Goernaso, 2005).
2.2.5. Siklus Hidup ikan komet (Carassius auratus)\
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-3 hari (Anonim, 2011).

2.3. Pembenihan ikan komet (Carassius auratus)
2.3.1. Seleksi Induk
Seleksi induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang matang gonad. Seleksi induk ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :
Induk Jantan
Induk Betina
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih
Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahan.
Selain itu, induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar-kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 1 (jantan : betina). Induk yang sudah diseleksi selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan (Zairin, 2002).
2.3.2.  Pemijahan
 induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum yaitu dengan perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂). Induk jantan satu yang merupakan ikan komet dengan berat tubuh 93, 28 gr dan induk betina sebanyak satu ekor yang merupakan ikan komet, induk betina mempunyai berat tubuh 72,96 gr. Induk ini kemudin dimasukkan dalam akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan tali rafia sebagai substrat. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari. Induk dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada tali rafia (Rahmad, 2005).
2.3.3 Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan pada akurium pemijahan langsung. Karena ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya maka, setelah proses pemijahan selesai dan telur sudah melekat pada substrat induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium. Hal ini dilakukan agar induk ikan komet tidak memakan telur yang telah dikeluarkan tersebut.
Setelah 2 – 3 hari telur akan menetas, setelah menetas kemudian tali rafia diangkat dari dalam kolam. Larva yang baru menetas belum diberi makan hingga berumur 2 – 3 hari karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya atau kuning telur (Anonim, 2009).
2.3.4. Perkembangan Telur
Blastula terbentuk ketika sel embrio (struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel.Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi. Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan Pembentukan blastopore (saluran invaginasi), Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik (Alberts, 2002).
2.3.5  Pemeliharaan Larva
Larva umur 7 hari hanya sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi risiko kematian benih.
Bak pendederan harus bersih dan sudah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit parasit. Selanjutnya dimasukan pupuk kandang berupa kotoran unggas 500 g/m². Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama 5 hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva komet dari bak penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.
Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 7 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 23 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak komet mulai tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak komet sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai ekor persis sama seperti ekor indukya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak komet berlainan ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak komet yang harus disingkirkan (Suyanto, 1991)
2.3.6 Pemanenan
            Pemanenan dilakukan setelah benih ikan komet berukuran antara 4-5 cm atau disebut gelondongan. Ukuran ini bisa dicapai selama masa pemeliharaan 4-6 minggu pada kegiatan pendederan. Cara pemanenan adalah dengan membuang air (menggunakan palaron) di bak pendederan hingga air tersisa seperempat bagian, kemudian air dialirkan lewat saluran pembuangan dasar dan benih ikan komet akan mengapung pada bak pemanenan. Bak pemanenan benih dilengkapi dengan waring halus. Benih komet diambil dan dipindahkan ke bak penampungan ( Puja, dkk., 2001).
2.3.7 Analisis Usaha
            Analisa usaha merupakan perhitungan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu usaha. Pada analisa usaha pembenihan ikan komet dimulai dengan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut (Puja, dkk., 2001).







BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat
            Adapun waktu akan pelaksanaan praktikum ini yaitu : pada hari sabtu tanggal 11 Oktober  2014 pukul 17:00 WIB  di Laboratorium Reproduksi Akademi Perikanan Yogyakarta.
B.   Alat dan bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum budidaya ikan komet ini dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Alat :
Kegunaan :
1.
Kolam induk
Wadah induk ikan komet
2.
Selang airasi
Suplai oksigen
3.
Batu airasi
Suplai oksigen
4.
Sapu lidi / sikat
Pembersih kolam
5.
Kolam pemijahan
Wadah pemijahan dan pemiliharaan larva
6.
Palaron lubang in let dan out let
Pengisian dan pembuangan air

No
Bahan :
Kegunaan :
1.
Induk ikan komet
Sebagai objek pemijahan
2.
Tali raffia
Subtrat / penempelan telur ikan komet
3.
Air tawar bersih
Media pemijahan dan pemeliharaan
4.
Cacing sutra,Hipofit,PF 999
Untuk pakan larva,benih dan induk

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Persiapan Wadah
1.Di sikat kolam dengan menggunakan sapu lidi atau sikat agar lumut dan kotoran yang ada dikolam bisa hilang lalu disiram dengan air bersih secara berulang-ulang dan keringkan.
2.Di isi dengan air bersih setinggi 25 cm  dari ketinggian 60 cm untuk kolam pemijahan.
4.Di masukkan substrat atau tali rafia ke dalam kolam
5.Di masukkan induk ikan komet (Carassius auratus) ke dalam kolam pemijahan.
6.Di pasang aerator.
3.3.2. Seleksi induk
1. Seleksi induk ikan komet yang telah matang gonad.
2. Seleksi induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut.
 3. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 1 (jantan : betina).
4. Dimasukkan kedalam kolam pemijahan.
3.3.3. Pemijahan
1. Pemijahan ikan komet dilakukan pada sore hingga waktu dini hari.
2. Kemudian keesokan hari nya telur sudah menempel pada substrat (tali rafia).
3. Setelah induk telah selesai memijah, dipisahkan induk dari telur ke kolam karantina
3.3.4. Pemeliharaan Larva
1. Diberikan cacing sutra atau kuning telur ayam sebagai pakan tambahan untuk larva ikan komet.
2. Dicatat keseluruhan kegiatan pemijahan, perhitungan telur, dan   pemanenan benih dalam log book.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang memberi gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data atau  kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga meliputi teknik  analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang Teknik Pembenihan Ikan komet yang meliputi : pemijahan terhadap ikan komet, pemeliharaan larva ikan komet dan pemanenan ikan komet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
        Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1). Observasi lapangan; 2). Partisipasi langsung dan 3). Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain seperti dosen, dan masyarakat yang terkait pada bidang perikanan,khususnya bidang pembenihan ikan hias yakni pembenihan ikan komet (Crassius auratus).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet ini adalah kolam berukuran 2x1x0,6 m2. Sebelum digunakan, kolam terlebih dahulu dibersihkan dengan cara menyikat kolam menggunakan sapu lidi selanjutnya di gosok-gosok menggunakan sikat agar kolam bersih sempurna. Selanjutnya kolam dicuci menggunakan air bersih secara berulang agar semua lumut dan kotoran yang menempel di kolam menjadi hilang. Kemudian dikeringkan agar bebas dari bakteri dan mikroorganisme yang menempel pada dinding-dinding kolam. Selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam kolam sebanyak 25 cm dari ketinggian kolam 60 cm. Ditambahkan substrat tali rafia didalam kolam yang berfungsi sebagai tempat menempelnya telur ikan komet setelah melakukan pemijahan. Menurut Effendi (2002) pemberian substrat dilakukan untuk memudahkan proses pemijahan yang dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.

4.2 Seleksi induk
Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan-merahan.
4.3 Pemijahan
            Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan tumbuh-tumbuhan (Effendie, 2002).
Induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 1 : 1 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam kolam yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan tali rafia sebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari tanggal 11 Oktober 2014 hingga waktu dini hari tanggal 12 Oktober 2014 pada pukul 05.00.  Telur-telur yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat tali rafia. Induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam kolam dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya sendiri.
4.4 Pemeliharaan Larva
Dalam praktikum ini, larva ikan komet yang telah menetas dibiarkan selama 3 hari tanpa pemberian pakan. Larva tersebut memperoleh makanan dari kuning telur yang dibawa dari dalam telurnya sebelum ikan tersebut menetas. Setelah larva berusia 3 hari barulah diberikan pakan tambahan berupa cacing sutra atau kuning telur ayam. Makanan tersebut mengandung energi yang dibutuhkan oleh larva ikan komet dan untuk dapat melanjutkan kehidupannya.
Anak ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap yaitu prolarva dan postlarva.
Pada saat kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan. Pergerakan ini memerlukan energi. Menurut Laurence, (1969) pengambilan energi terjadi dalam proses katabolisme. Ketika kuning telur hampir habis dihisap, terjadi percampuran makanan yaitu dengan dimulainya mengambil makanan dari luar.
4.5 Perhitungan Jumlah survival rate (SR)

Tanggal
Jumlah telur (butir)
Jumlah menetas (ekor)
HR
(%)
SR (%)
Jumlah larva (ekor)
Bertelur
Menetas
7
14
s.1
s. 2
11/10/14
13/10/14
650
550
79
69
67
350
200
11/10/14
11/10/14
1150
1050
90
46
27
580
470



SR =    Jumlah Benih              x 100 %
            Jumlah telur menetas

    =  1600    X 100%
         1800
     =   80 %

4.6 Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan komet sebaiknya terbebas dari bahan-bahan yang biasa menyebabkan ikan sakit. Air yang digunakan untuk kolam komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan bersuhu 22-260C. Dilakukan penyiponan tiap 3 hari dan airnya harus diganti secara rutin karena kotoran dari ikan komet ini sangat banyak sehingga akan mempengaruhi kualitas perairan dalam wadah kolam.
Kebiasaan pada ikan komet saat makan adalah ikan komet  akan  membuka  mulutnya lebar dan kemudian menyedot makanannya  seperti  alat  penghisap. Terkadang mengaduk-aduk dasar  air dengan mulut dan badannya sehingga menimbulkan bayang kecoklatan pada perairan.
4.7 Penyakit
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp., sehingga penyakitnya biasa disebut argulosis. Argulus sp. merupakan ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini termasuk kelas Crustacea. Argulus berbentuk pipih dan pada bagian dorsal dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Secara keseluruhan susunan tubuh argulus sangat cocok untuk sifat hidupnya sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya dengan kecepatan gerak ikan (Khordi, 2004). Argulus menyerang hampir semua jenis ikan air tawar baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ia menggigit inangnya dengan rahang, kemudian melepaskan sengat pada luka gigitan agar tidak terjadi pembekuan darah. Akibat dari serangan argulus adalah terjadinya penurunan berat badan, bahkan menyebabkan kematian pada ikan berukuran kecil. Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau dengan sikat yang halus.
Penyakit yang menyerang ikan komet disebabkan oleh parasit yaitu penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan. Jenis Lernea banyak ditemukan menyerang ikan air tawar adalah Lernea cyprinacea. Ikan komet termasuk salah satu jenis ikan hias air tawar. Lernea cyprinacea yaitu sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (Afrianto,1992). Dengan perantaraan organ ini cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar terserang parasit Lernea terutama pada saat pembenihan atau pendederan. Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam, menggunakan bahan kimia untuk membasminya.
4.8 Analisis Usaha Pembenihan ikan komet
Asumsi usaha pembenihan komet untuk satu periode. Direcanakan 1 unit untuk usaha pembenihan. Dibawah ini akan diuraikan usaha pembenihan untuk satu unit pembenihan.
a.       Induk yang dipijahkan sebanyak 6 pasang induk Harga Rp 30.000/ekor. Induk komet digunakan sebanyak 1 kali pemijahan
  1. Lama pemeliharaan  2 bulan
  2. Pakan cacing sutera, pakan hipofit, dan pakan FF999
  3. Hasil panen sebanyak 700 (ukuran 4-5, 6-8 cm/ekor)
  4. Harga jual benih Rp. 500 - 1000
Adapun perhitungan biaya usaha, pendapatan serta keuntungan, dan analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut :
A. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha. Biaya ini digunakan untuk pengadaan peralatan proses produksi dan sarana penunjang.
Adapun rincian biaya investasi usaha pembenihan ikan komet sebagai berikut :
Keterangan
Jumlah (Rp)

         2 seser/ serokan halus @ Rp. 6000,00
         2 ember plastic (diameter 40-50 cm) @ Rp.15.000,00
        2 tali raffia/ untuk subtrat (ukuran 1 m x 0,4 m) @ Rp 2000,00

12.000,00
30.000,00
4.000,00
Total
46.000,00







B. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah modal harus dikeluarkan untuk memproduksi benih ikan komet.
Adapun rincian biaya produksi untuk pemebenihan dalam satu periode sebagai berikut :

Keterangan
Jumlah (Rp)

         Satu pasang induk untuk 1 kali pemijahan
         Cacing sutera ( Tubifex sp.) 2 gelas
         Pakan Hipofit (0,5 kg  )
         Pakan FF999 ( 2 kg )
   

30.000,00
12.000,00
6.000,00
30.000,00
 Total
78.000,00

C. Pendapatan dan Keuntungan
Penjualan Benih ikan komet :
ukuran 4-5 cm : 400 ekor x Rp.500 = Rp. 200.000,00
ukuran 6-8 cm : 300 ekor x Rp. 1000 = Rp. 300.000,00
Keuntungan yang diperoleh  : Rp. 500.000,00 – Rp. 124.000,00
                                                = Rp. 376.000,00

4.9 Analisis Kelayakan Usaha
Indikator yang digunakan :
a. BEP (Break even poin) yaitu untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas, yaitu tidak untung tidak rugi. Usaha layak jika nilai BEP lebih besar dari jumlah unit yang sedang di produksi. Sementara itu, nilai BEP harus lebih rendah dari pada harga yang berlaku saat ini.
  • BEP Produksi                = total biaya produksi     : harga jual per ekor
                                                  = Rp. 124.000  : Rp.500 - 1000 /ekor
                                                   = 700 ekor



BAB V
 KESIMPULAN
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Induk yang digunakan dalam kegiatan teknik budidaya ikan komet adalah dengan perbandingan 1:2 ( ♀ : ♂).  Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai ekor persis sama seperti ekor indukya, dan dari hasil seleksi ini diperoleh  80% ekor benih ikan komet.
2.      Wadah yang digunakan dalam teknik budidaya ikan komet (Carassius auratus) adalah kolam permanen berukuran 2m x 1m untuk kolam pembenihan dan ukuran 2m x 2m untuk kolam pendederan dan pemeliharaan induk ikan komet.
3.      Penyakit yang menyerang ikan komet (Carassius auratus) adalah penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan yang disebabkan oleh Argulus sp. Dan analisis usaha teknik budidaya ikan komet yang didapat yaitu dari total keseluruhannya adalah : Rp. 376.000,00.-















Minggu, 01 Februari 2015

Mengenai Peluang Bisnis Budidaya Ikan Komet

Mengenai Peluang Bisnis Budidaya Ikan Komet
Apa sih istimewanya ikan komet? “Kalau berbicara tentang keistimewaannya susah ya. Karena, ini berkaitan dengan hobi. Yang jelas, sebagai ikan hias tentu saja ia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ikan yang dikonsumsi. Misalnya, dilihat dari buntutnya, ikan komet memiliki buntut yang lebih panjang dan indah daripada ikan pada umumnya. Ikan komet juga memiliki warna yang bagus yaitu perpaduan antara merah keoranyean dengan putih. Selain itu, ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan ikan maskoki (ikan komet merupakan strain atau keturunan ikan maskoki, red.). Lebih dari itu semua, harganya relatif murah sehingga diminati konsumen ikan hias,” jelas robani, yang membudidayakan ikan komet sejak 5 bulan lalu, karena besarnya permintaan akan ikan komet.
Ikan komet, Robani melanjutkan, merupakan ikan hias yang berukuran tak lebih dari sejari orang dewasa. Mentok-mentoknya, sebesar empat jari orang dewasa. Dalam pemasarannya, yang berukuran dua jari yang lebih diminati para penjual ikan hias. “Mungkin hal ini berkaitan dengan ukuran kolam,” katanya. Karena itu pula, ikan komet berukuran dua jari bernilai jual lebih tinggi daripada yang berukuran sejari, walau para penjual ikan hias juga menerima ikan komet seukuran jari orang dewasa. Sekadar informasi, ikan komet sebesar dua jari dijual dengan harga Rp2.500,-/ekor, sedangkan yang seukuran satu jari hanya Rp1.000,-/ekor. Harga-harga ini merupakan harga dari petani ikan komet.

Hal seperti ini pula yang dilakukan Robani. “Saya memasok ikan komet ke 
toko ikan hias, setiap 15 hari sekali, sebanyak 150 ekor atau setara dengan Rp150.000,-. Sebenarnya, permintaannya setiap minggu tapi karena pembesarannya belum maksimal, maka saya tidak bisa memenuhi permintaan itu. Di samping itu, saya juga menjual benihnya yang seukuran sejari orang dewasa. Sedangkan untuk yang saya pasok ke kios ikan hias, saya membeli benihnya di para pembudidaya ikan komet,” tambahnya. Pada satu sisi, berbisnis (budidaya) ikan tidak ada ruginya, dengan catatan pasarnya ada. Di sisi lain, ketika segala hal sudah dikaitkan dengan hobi, maka harga tidak lagi menjadi pertimbangan.
A.    Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum pembenihan ikan hias komet dapat dilihat pada tabel berikut:
Tanggal
Jumlah telur (butir)
Jumlah menetas (ekor)
HR
(%)
SR (%)
Jumlah larva (ekor)
Bertelur
Menetas
7
14
s.1
s. 2
11/10/14
13/10/14
650
550
79
69
67
350
200
18/10/14
20/10/14
1150
1050
90
46
27
580
470

Analisa Usaha Budidaya Ikan Komet (tahap pembenihan)
Investasi
Indukan (2 ekor ikan komet jantan dan 4 ekor ikan komet betina)
= 6 ekor ikan komet @ Rp5.000,- Rp. 30.000,-
Biaya Produksi
- 2 tali rafia (tempat subtrat) @ Rp2.000,- Rp. 4.000,-.
- 1 tenaga kerja Rp. 35.000,-
- Pakan Rp. 30.000,- +
Total Rp.99.000,-

Hasil Penjualan
2 tali rafia = 1600 benih @ Rp1.000,- Rp. 1.600.000,- -

Laba kotor Rp. 50.000,-

Catatan:


* Laba kotor yang dihasilkan pada panen pertama memang hanya Rp50 ribu. Tapi, indukannya dapat dipakai lagi, sehingga tidak perlu membeli lagi atau menghemat Rp150 
ribu, setiap kali panen.
* induk ikan komet mampu bertelur 2-3 bulan sekali, Jadi, silahkan Anda menghitung berapa rupiah yang dapat dihemat dan berapa laba kotor yang dapat dikumpulkan dari setiap kali panen, hanya dari pembenihan.
* Upah yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut merupakan upah maksimal, yang diberikan untuk mengurusi pembiakan ikan komet dari mengawinkan hingga memanen. Besar kecilnya upah yang diterima sang tenaga kerja, sangat tergantung pada banyak sedikitnya hasil panen.
Risiko kematian 20%.
* Jangan menetaskan telur ikan ketika cuaca sedang dingin atau banyak hujan. Karena, pertumbuhan ikan akan terhambat.
* yogyakarta yang paling representatif untuk budidaya ikan, mengingat kondisi alamnya.
* 1 tali rafia setara dengan 1000 benih ikan komet. Sedangkan harga per ekor benih ikan komet bervariasi antara Rp500  sampai Rp1000 ribu, tergantung kondisi pasar dan ukuran yang akan ditawarkan.

cara pemijahan ikan komet

Ikan Komet
Ikan komet memiliki nama latin Carassius auratus-auratus. Ini merupakan jenis ikan hias yang diminati oleh banyak orang. Ikan komet memiliki bentuk yang hampir serupa dengan ikan koki dikarenakan kedua ikan tersebut berasal dari Cyprinidae familia. Namun, ikan komet memiliki bentuk yang berbeda dengan ikan-ikan lain pada umumnya yaitu sedikit memanjang dan tegak pipih. Mulutnya terletak di ujung dan mudah disembulkan. Giginya tersusun atas tiga gigi kerongkongan dan sebuah gigi geraham.
Seluruh tubuh ikan komet nyaris ditutupi oleh sisik. Sirip punggungnya terletak berseberangan dengan sirip perut. Kondisi air untuk pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor sehingga hal ini membuat ikan komet sangat rentan terhadap penyakit. Ikan ini memiliki keindahan warna, kelincahan gerak-gerik, serta keunikan bentuk tubuh.
Cara Budidaya dan Beternak Ikan Komet
Cara budidaya ikan komet pun dilakukan dengan cara khusus. Cara pemeliharaannya ikan komet dilakukan dalam kolam permanen dengan ukuran 2x2x1m2. harus dipastikan bahwa kolam yang digunakan adalah kolam bersih yang telah dibilas dengan air. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan jamur serta bakteri sehingga kolam yang digunakan untuk teknik budidaya ikan komet adalah kolam yang steril dan tidak mengandung penyakit.
Setelah urusan dengan kolam selesai, teknik pemeliharaan  ikan komet selanjutnya adalah mengenai penentuan induk. Induk jantan dapat dikenali dari bintik-bintik bulat, menonjol, serta kasar pada bagian dadanya. Sedangkan pada induk betina, bintik-bintik juga terdapat pada bagian dada, namun terasa halus jika diraba. Untuk mengetahui apakah induk ikan komet sudah matang gonad atau belum, maka dilakukan pemijatan. Apabila induk telah matang gonad, maka akan keluar cairan yang berwarna putih pada induk jantan serta warna kuning bening pada induk betina.
Cara beternak berikutnya dilakukan melalui pemijahan. Pemijahan dilakukan dengan 1 induk komet betina serta 1 induk komet jantan. Semua induk tersebut dimasukkan dalam sebuah kolam yang dilengkapi dengan tali rafia yang berfungsi sebagai substrat. Pemijahan berlangsung semalam. Apabila berhasil, umumnya telur melekat pada tali rafia. Setelah pemijahan, maka penetasan telur akan dilakukan dengan segera. Ikan komet tergolong ikan yang tidak memelihara telurnya sehingga induk ikan komet yang ada dikolam pemijahan segera dipindahkan ekolam karantina. Hal ini dimaksudkan agar telur tersebut tidak dimangsa oleh induk  ikan komet. Telur akan menetas sesudah 2-3 hari dan menjadi larva. Larva ikan komet yang berusia 7 hari bersifat lemah. Larva memerlukan pakan dari luar untuk melindungi resiko kematian.
Pembenihan dan Pemberian Pakan
Pembenihan adalah teknik memelihara ikan komet berikutnya. Wadah yang digunakan untuk pembibitan haruslah wadah yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hari. Hal ini bertujuan untuk membunuh bibit-bibit parasit. Larutkan pupuk yang berasal dari kotoran ayam dengan air sampai larut. Setelah dua hari, bibit mulai ditanam dan dibiarkan selama lima hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah 5 hari, larva komet dipindahkan ke kolam pendederan. Pakan tambahan diberikan setelah 15 hari pemeliharaan. Setelah genap 1 bulan, akan terlihat bentuk asli dari anak komet tersebut. Penyeleksian dilakukan dengan menentukan ikan komet yang memiliki bentuk sama dengan induknya. Ikan komet yang tidak sesuai dengan bentuk induknya bisa dijual dengan harga yang relatip murah...


Minggu, 21 Desember 2014

Data Pribadi



Data Pribadi
Nama : Abdul Robani
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 08 Februari 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Pintu Kapuk, Desa Bojong Renged, Kec. Teluk Naga, Kab. Tangerang-Banten
Telepon : 089680662272
Email     : Ikanikanbesar@gmail.com
Facebook : Abdoell Robbanie@yahoo.co.id

Latarbelakang Pendidikan
Formal
20002006 : SD Negeri Kapuk Jaya
20062009 : SMP Rawa Rengas
2009 – 2012 : SMA Tunas Bangsa Tangerang
2012 – 201.. : Studi lanjut di Akademi Perikanan Yogyakarta 
                       Program Studi Budidaya Perairan

Senin, 17 November 2014

Penyakit Akibat Lingkungan pada Musim Hujan

PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN PADA MUSIM PENGHUJAN

Penyakit ikan akibat faktor lingkungan pada musim hujan sering mengakibatkan kerugian yang serius, karena kematian yang terjadi berlangsung sangat singkat dan umumnya mematian seluruh populasi ikan.

Kasus penyakit tersebut misalnya kematian masal pada ikan komet di dalam kolam konteks budidaya ikan pada lahan dan air terbatas, maka penyakit akibat faktor lingkungan musim penghujan yang mungkin terjadi akan lebih kompleks . Oleh karena itu, pada tulisan ini hanya dibahas beberapa penyebab yang lebih dominan.

Ikan tercekik

Kekurangan oksigen terlarut, sering menjadi masalah pada budidaya ikan, baik di kolam maupun di perairan umum. Kondisi ini umumnya terjadi menjelang pagi hari di perairan yang memiliki populasi fitoplankton tinggi, atau pada saat tekanan atmosfir rendah dibarengi dengan tidak ada cahaya matahari karena tertutup awan dalam tempo yang cukup lama.

Keracunan nitrit

Keracunan nitrit atau methemoglobinemia atau penyakit darah coklat adalah penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air. Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan.

Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit . Nitrit selanjutnya akan dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Apabila pakan ikan terlalu intensif atau Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan . Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm.

Keracunan ammonia

disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air. Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan.

Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit. Nitrit selanjutnya akan dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Apabila pakan ikan terlalu intensif atau Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan. Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm.

Ammonia terdapat dalam dua bentuk, yaitu yang tidak terionisasi dan sangat beracun (NH3) dan yang terionisasi dan kurang beracun (NH4+).

Mekanisme keracunan ammonia berlangsung seperti halnya keracunan nitrit, dan umumnya akibat pemberian pakan yang berlebihan atau

bahan organik; sementara populasi bakteri pengurai nitrogen yang ada tidak mencukupi. Daya racun ammonia sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu air. Semakin tinggi pH atau suhu air, maka makin tinggi pula daya racun ammonia.

NH4+ <----> NH3 + H+

pH mendorong persamaan reaksi ke ---> suhu tinggi akan mendorong persaman reaksi ke --->

Gejala klinis yang tampak pada kondisi keracunan ammonia secara umum hampir sama dengan keracunan nitrit yaitu ikan terlihat lemas, meloncat ke permukaan air atau berkumpul di saluran pemasukan air, karena lapisan epitel pada filamen insang tidak berfungsi melakukan proses difusi.

Emboli gas (Gas bubble disease)

Emboli gas adalah kondisi dimana konsentrasi gas lewat jenuh yang ada dalam air keluar dari larutan dan membentuk emboli gas dalam tubuh ikan. Emboli gas tersebut mungkin terjadi di bawah kulit atau dalam pembuluh darah. Emboli di bawah kulit akan merusak kekompakan kulit sebagai pertahanan utama terhadap infeksi patogen serta menjaga keseimbangan osmotik, sedangkan emboli pada pembuluh darah akan membendung aliran darah, terutama pada insang ikan.

Fluktuasi suhu air yang ekstrim

Perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonal dan fisiologis tubuh ikan, dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan ini yang berakibat stres bahkan kematian mendadak. Sebagian besar ikan budidaya, memiliki kemampuan yang tinggi untuk hidup pada kisaran suhu air yang cukup luas, yang sulit untuk ditoleransi adalah fluktuasi suhu yang tinggi dalam tempo yang relatif singkat.

Kondisi ini sangat sensitif, terutama bagi larva dan benih ikan.

Limbah pollutan

Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi : Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co.

Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan dideposit oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak yang tersimpan dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada akhirnya akan mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan lain-lain.

Penyakit malnutrisi

Defisiensi vitamin C merupakan penyakit yang umum terjadi, akibat yang paling popular adalah "broken back syndrome" seperti scoliosis dan lordosis.

Vitamin C sangat berperan dalam:

1) proses osifikasi atau konversi dari tulang rawan menjadi tulang sejati,

2) sebagai co-enzim reaksi biokimia dalam tubuh,

3) meningkatkan ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit infeksius,

4) mencegah pengaruh negatif akibat gangguan lingkungan atau stres, serta

5) mempercepat proses penyembuhan luka .

Selain kelima manfaat tersebut, penambahan vitamin C diatas kebutuhan normal juga terbukti dapat menunjang kesehatan ikan mulai dari perkembangan telur hingga dewasa, serta berperan positif bagi pertumbuhan ikan.

Penyakit genetis

Penyakit akibat faktor genetik sangat jarang dilaporkan, meskipun secara aktual merupakan penyebab yang kompleks pada usaha budidaya ikan. Perkawinan sekerabat (in breeding) yang berlangsung terus menerus akan berdampak penurunan variasi genetik dalam tubuh ikan, dan dampak yang terlihat antara lain :

1) pertumbuhan yang lambat (kuntet) dan variasi ukuran yang luas (blantik),

2) lebih sensitif terhadap infeksi patogen,

3) organ tubuh invalid, seperti operkulum yang tidak tertutup sempurna, tubuh bengkok atau tidak memiliki salah satu sirip,

4) dan lain-lain.

Sabtu, 15 November 2014

panen ikan komet

Pemanenan Ikan Komet
pada hari minggu tanggal 16 November 2014
nama konsumen : Bpk. Agus Dwi Wasono. S.E.

Analisa Usaha Budidaya Ikan Komet (tahap pembenihan)
Investasi
Indukan (2 ekor ikan komet jantan dan 2 ekor ikan komet betina)
= 2 ekor ikan komet @ Rp5.000,- Rp. 10.000,-
Biaya Produksi
- 1 kolam (tempat ikan bertelur) @ Rp5.000,- Rp. 5.000,-.
- 1 tenaga kerja Rp. 20.000,-
- Pakan Rp. 15.000,- +
Total Rp.50.000,-

Hasil Penjualan (tingkat petani)
  2 kolam = 300 ekor benih @ Rp 500,- Rp. 150.000,- -

Laba kotor Rp. 50.000,-

Catatan:

* Laba kotor yang dihasilkan pada panen pertama memang hanya Rp50 ribu. Tapi, indukannya dapat dipakai lagi, sehingga tidak perlu membeli lagi atau menghemat Rp100 ribu, setiap kali panen.
* Mereka mampu bertelur tiga bulan sekali, selama dua tahun. Jadi, silahkan Anda menghitung berapa rupiah yang dapat dihemat dan berapa laba kotor yang dapat dikumpulkan dari setiap kali panen, hanya dari pembenihan.
* Upah yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut merupakan upah maksimal, yang diberikan untuk mengurusi pembiakan ikan komet dari mengawinkan hingga memanen. Besar kecilnya upah yang diterima sang tenaga kerja, sangat tergantung pada banyak sedikitnya hasil panen.
Risiko kematian 20%.
* Jangan menetaskan telur ikan ketika cuaca sedang dingin atau banyak hujan. Karena, pertumbuhan ikan akan terhambat.
* Ciganjur dan Depok merupakan kota-kota yang paling representatif untuk budidaya ikan, mengingat kondisi alamnya mirip Cianjur.
* 1 kolam setara dengan1 liter benih ikan komet. Sedangkan harga per liter benih ikan komet bervariasi antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, tergantung kondisi pasar.