Jumat, 07 November 2014

TEKNOLOGI BUDIDAYA BIOTA EKSOTIK bab 2



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum      : Chordata
Kelas       : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo       : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili     : Cyprinidae
Genus     : Carassius
Spesies   : Carassius auratus
2.2 Biologi ikan komet (Carassius auratus)
2.2.1. Morfologi ikan komet (Carassius auratus)
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.2. Taksonomi ikan komet (Carassius auratus)
Bentuk tubuh ikan mas komet memanjang dan memipih, tegak (compressed) dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi (linnea lateralaris) pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari-jari luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur yang sama (Anonim, 2011).
2.2.3 Habitat Hidup ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.4. Reproduksi ikan komet (Carassius auratus)
Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan (Goernaso, 2005).
2.2.5. Siklus Hidup ikan komet (Carassius auratus)\
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan (Anonim, 2011

TEKNOLOGI BUDIDAYA BIOTA EKSOTIK bab 1



BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Di Indonesia, komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki penggemar. Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur diserakkan, ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman air atau di jatuhkan begitu saja di dasar perairan.
Komet (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 1729. Awalnya bentuk komet sama seperti ikan koki. Karena memang kedua ikan ini berasal dari satu kerabat, yakni dari keluarga Cyprinidae. Kemudian pada zaman Dinasti Ming (1368-1644) popularitas komet semakin menanjak. Saat inilah bermunculan ikan koki dengan tubuh yang unik dan bervariasi. Setelah itu, penyebaran komet berkembang ke Jepang. Di negara Matahari Terbit, komet terus mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga dihasilkan jenis-jenis baru dengan bentuk yang lebih variatif seperti saat ini.
Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan penyakit, hal ini disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh hasil amoniak yang dikeluarkan. Ikan Komet (carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Berbeda dengan ikan hias lainnya, komet termasuk ikan ikan hias sepanjang masa. Hal ini dibuktikan dengan selalu tersedianya komet disetiap toko penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet pada pemijahan alami ini adalah membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan syarat hidup dan kenyamanan ikan hias agar tingkat kegagalan dapat diminimalisir. Namun ikan komet ini memiliki banyak kelebihan sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan budidaya ikan komet (Carassius auratus) secara eksotik yang terdiri dari mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan, ingin menghasilkan nilai ekonomi yang relatif stabil dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga dengan teknologi budidaya biota eksotik : Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan nilai jual yang relatif tinggi dan mudah untuk dipasarkan.

1.2 Tujuan Praktikum
         Adapun tujuan praktikum ini sebagai berikut :
1. Untuk dapat melakukan secara langsung kegiatan teknik budidaya ikan komet (Carassius auratus).
2. Untuk  dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan komet (Carassius auratus).
3. Ingin menghasilkan nilai ekonomi yang sangat relatif tinggi dan dapat dilakukan secara skala rumah tangga.
1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum adalah dapat menambah wawasan mahasiswa secara langsung mengenai teknik budidaya ikan komet serta dapat diaplikasikan secara langsung dalam prakteknya ke depan.