Ikanikanbesar.blogspot.com
|
“Teknik Budidaya Ikan Komet (Carassius
auratus)”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama: Abdul Robani
Nim: 12/APY/0666
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
PERAIRAN
AKADEMI PERIKANAN YOGYAKARTA
2014
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembenihan
adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan. Pembenihan ini
merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan
harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat
berkelanjutan.Untuk dapat menghasilkan benih yang bermutu dalam jumlah yang
memadai dan waktu yang tepat mesti diimbangi dengan pengoptimalan penanganan
indukdan larva yang dihasilkan melalui
pembenihan
yang baik dan berkualitas.
Ikan
komet (Carassius auratus),
merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer di kalangan
masyarakat, khususnya bagi pecinta ikan hias. Bukan hanya itu saja, sudah
banyak yang berawal dari sekedar hobi kemudian mengkomersilkannya. Hal ini
dikarenakan ikan komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan
gerakan yang menarik, dan dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup
berdampingan dengan jenis ikan lain bila berada didalam satu tempat, karena
sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan ini dapat
dipelihara di hampir semua tempat di dunia asal saja tempatnya bersih dan
sehat. Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini,
keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari
warna-warna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya
jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan
yang tinggi. Budidaya ikan hias ini tidak sulit, modalnya kecil dan seluruh
anggota pun bisa dilibatkan, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal utamanya
justru keterampilan atau teknik budidaya yang harus terus ditingkatkan.
Masalah yang
sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet pada pemijahan alami ini adalah
membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan syarat hidup dan kenyamanan ikan
hias agar tingkat kegagalan dapat di minimalisir. Namun ikan komet ini memiliki
banyak kelebihan sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan budidaya ikan
komet secara eksotik yang terdiri dari mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan
dan peralatan, ingin menghasilkan nilai ekonomi yang relatif tinggi dan dapat
dilakukan dalam skala rumah tangga dengan teknologi budidaya biota eksotik :
Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan nilai jual yang
relatif tinggi dan mudah untuk dipasarkan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini sebagai berikut
:
1) Mahasiswa
dapat mengetahui cara pembenihan dan pendederan ikan komet (Carassius auratus).
2) Untuk dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan
yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan komet (Carassius auratus).
3) Mengetahui penyakit yang ada di ikan komet dan
analisis usaha yang dihasilkan dari budidaya ikan komet (Carassius auratus).
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat
praktikum adalah dapat menambah wawasan mahasiswa secara langsung mengenai
teknik budidaya ikan komet serta dapat diaplikasikan secara langsung dalam
praktek di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet
termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan
salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena
memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan
komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas
: Pisces
Sub kelas :
Teleostei
Ordo
: Ostariphisysoidei
Sub ordo :
Cyprinoidea
Famili :
Cyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus
2.2 Biologi
ikan komet (Carassius auratus)
2.2.1. Morfologi ikan komet (Carassius auratus)
Morfologi
ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet
masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika
didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet
dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di
dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang
sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air
yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam,
dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat
mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.2. Taksonomi ikan komet (Carassius auratus)
Bentuk tubuh
ikan mas komet memanjang dan memipih, tegak (compressed) dengan mulut terletak
di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga
baris. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana
seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi (linnea
lateralaris) pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh
dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal
ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari-jari
luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih
tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan
ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari
luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya
agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur
yang sama (Anonim, 2011).
2.2.3 Habitat Hidup
ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet
untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun
kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga
kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam
tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi
pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena
ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat
hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan
suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi
sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk
memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan
hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.4. Reproduksi ikan komet (Carassius auratus)
Proses
reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui
pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan
betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan
telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma
dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai
oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan (Goernaso,
2005).
2.2.5. Siklus Hidup ikan komet (Carassius auratus)\
Siklus hidup
ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai
akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat
yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air.
Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur
sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur
ikan komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat,
berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran
telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi
larva. Larva ikan komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar
sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis
dalam waktu 2-3 hari (Anonim, 2011).
2.3.
Pembenihan ikan komet (Carassius
auratus)
2.3.1. Seleksi Induk
Seleksi
induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada
kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah dilakukan seleksi
terhadap induk yang matang gonad. Seleksi induk
ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :
Induk
Jantan
|
Induk
Betina
|
Pada sirip dada terdapat
bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.
|
Pada sirip dada terdapat
bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
|
Induk yang telah matang jika
diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih
|
Jika diurut, keluar cairan
kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang
genital kemerahan merahan.
|
Selain itu,
induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan
adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan
adalah saling kejar-kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati
induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan
bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang
digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 1 (jantan :
betina). Induk yang sudah diseleksi
selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan (Zairin, 2002).
2.3.2. Pemijahan
induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum
yaitu dengan perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂).
Induk jantan satu yang merupakan ikan komet dengan berat tubuh 93, 28 gr dan
induk betina sebanyak satu ekor yang merupakan ikan komet, induk betina
mempunyai berat tubuh 72,96 gr. Induk ini kemudin dimasukkan dalam akuarium
yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan tali rafia sebagai substrat.
Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari. Induk
dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada tali rafia (Rahmad,
2005).
2.3.3 Penetasan telur
Penetasan telur
dilakukan pada akurium pemijahan langsung. Karena ikan komet termasuk kedalam
kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya maka, setelah
proses pemijahan selesai dan telur sudah melekat pada substrat induk ikan komet
diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium. Hal ini dilakukan agar induk ikan komet tidak memakan telur yang telah
dikeluarkan tersebut.
Setelah 2 – 3
hari telur akan menetas, setelah menetas kemudian tali rafia diangkat dari
dalam kolam. Larva yang baru menetas belum diberi makan hingga berumur 2 – 3
hari karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya atau kuning telur
(Anonim, 2009).
2.3.4. Perkembangan Telur
Blastula
terbentuk ketika sel embrio (struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan
membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada
katak, rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal yang
dibatasi oleh sel epitel.Saat blastula terus mengalami pembelahan dan
pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal
dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses
gastrulasi. Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan Pembentukan blastopore
(saluran invaginasi), Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan
integrin Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di
tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik (Alberts,
2002).
2.3.5 Pemeliharaan Larva
Larva umur 7
hari hanya sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar
memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu,
perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi risiko kematian
benih.
Bak pendederan
harus bersih dan sudah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk
membunuh bibit parasit. Selanjutnya dimasukan pupuk kandang berupa kotoran
unggas 500 g/m². Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul
larut dan pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari setelah
pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama 5 hari agar tumbuh dan
berkembang biak. Setelah itu, larva komet dari bak penetasan siap dilepas ke
dalam bak pemeliharaan.
Pemberian pakan
tambahan diperlukan setelah 7 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 23 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi
setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak komet mulai
tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak
komet sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai
ekor persis sama seperti ekor indukya, kemudian bentuk badan dan ukurannya.
Bisa terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak komet
berlainan ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak komet yang harus
disingkirkan (Suyanto, 1991)
2.3.6
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah benih ikan komet berukuran antara 4-5 cm atau
disebut gelondongan. Ukuran ini bisa dicapai selama masa pemeliharaan 4-6
minggu pada kegiatan pendederan. Cara pemanenan adalah dengan membuang air
(menggunakan palaron) di bak pendederan hingga air tersisa seperempat bagian,
kemudian air dialirkan lewat saluran pembuangan dasar dan benih ikan komet akan
mengapung pada bak pemanenan. Bak pemanenan benih dilengkapi dengan waring
halus. Benih komet diambil dan dipindahkan ke bak penampungan ( Puja, dkk., 2001).
2.3.7 Analisis Usaha
Analisa
usaha merupakan perhitungan keuangan untuk mengetahui sampai dimana
keberhasilan suatu usaha. Pada analisa usaha pembenihan ikan komet dimulai dengan menghitung biaya
yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan keuntungan yang diperoleh dari
usaha tersebut (Puja, dkk., 2001).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Adapun
waktu akan pelaksanaan
praktikum ini yaitu :
pada hari sabtu tanggal
11 Oktober 2014 pukul 17:00 WIB di Laboratorium
Reproduksi Akademi Perikanan Yogyakarta.
B. Alat
dan bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum budidaya ikan komet ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
No
|
Alat :
|
Kegunaan :
|
1.
|
Kolam induk
|
Wadah induk ikan komet
|
2.
|
Selang airasi
|
Suplai oksigen
|
3.
|
Batu airasi
|
Suplai oksigen
|
4.
|
Sapu
lidi / sikat
|
Pembersih kolam
|
5.
|
Kolam
pemijahan
|
Wadah pemijahan dan pemiliharaan larva
|
6.
|
Palaron
lubang
in let dan out let
|
Pengisian dan pembuangan air
|
No
|
Bahan :
|
Kegunaan :
|
1.
|
Induk ikan komet
|
Sebagai objek pemijahan
|
2.
|
Tali
raffia
|
Subtrat / penempelan telur ikan komet
|
3.
|
Air tawar bersih
|
Media pemijahan dan pemeliharaan
|
4.
|
Cacing
sutra,Hipofit,PF 999
|
Untuk pakan larva,benih dan induk
|
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Persiapan Wadah
1.Di sikat kolam dengan
menggunakan sapu lidi atau sikat agar lumut dan kotoran yang ada dikolam bisa
hilang lalu disiram dengan air bersih secara berulang-ulang dan keringkan.
2.Di isi dengan air bersih
setinggi 25 cm dari ketinggian 60 cm
untuk kolam pemijahan.
4.Di masukkan substrat atau
tali rafia ke dalam kolam
5.Di masukkan induk ikan komet
(Carassius auratus) ke dalam kolam pemijahan.
6.Di pasang aerator.
3.3.2. Seleksi induk
1. Seleksi induk ikan komet yang
telah matang gonad.
2. Seleksi induk ikan komet yang
siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari
kedua induk tersebut.
3. Perbandingan induk yang
digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 1 (jantan :
betina).
4. Dimasukkan kedalam kolam pemijahan.
3.3.3. Pemijahan
1. Pemijahan ikan komet dilakukan pada sore hingga waktu dini hari.
2. Kemudian keesokan hari nya
telur sudah menempel pada substrat (tali rafia).
3. Setelah induk telah selesai memijah, dipisahkan induk dari telur ke kolam
karantina
3.3.4. Pemeliharaan Larva
1. Diberikan cacing sutra atau
kuning telur ayam sebagai pakan tambahan untuk larva ikan komet.
2. Dicatat keseluruhan
kegiatan pemijahan, perhitungan telur, dan pemanenan benih dalam
log book.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang
memberi gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data
atau kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data
semata, tetapi juga meliputi teknik analisa dan pembahasan data yang
diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang Teknik Pembenihan
Ikan komet yang meliputi : pemijahan terhadap ikan komet, pemeliharaan larva
ikan komet dan pemanenan ikan komet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara : 1). Observasi lapangan; 2). Partisipasi langsung
dan 3). Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa
data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk
pertama kalinya dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari
pihak lain seperti dosen, dan masyarakat yang terkait pada bidang
perikanan,khususnya bidang pembenihan ikan hias yakni pembenihan ikan komet (Crassius
auratus).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah
Wadah yang
digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet ini adalah kolam berukuran
2x1x0,6 m2. Sebelum digunakan, kolam terlebih dahulu dibersihkan
dengan cara menyikat kolam menggunakan sapu lidi selanjutnya di gosok-gosok
menggunakan sikat agar kolam bersih sempurna. Selanjutnya kolam dicuci
menggunakan air bersih secara berulang agar semua lumut dan kotoran yang
menempel di kolam menjadi hilang. Kemudian dikeringkan agar bebas dari bakteri
dan mikroorganisme yang menempel pada dinding-dinding kolam. Selanjutnya
dilakukan pengisian air ke dalam kolam sebanyak 25 cm dari ketinggian kolam 60
cm. Ditambahkan substrat tali rafia didalam kolam yang berfungsi sebagai tempat
menempelnya telur ikan komet setelah melakukan pemijahan. Menurut Effendi
(2002) pemberian substrat dilakukan untuk memudahkan proses pemijahan yang
dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi sebagai tempat menempelkan telur,
tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.
4.2 Seleksi
induk
Untuk
mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan
adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri yang terdapat pada
induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat
bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah
matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna
putih. Sedangkan ciri-ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat
bintik-bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning
bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital
kemerahan-merahan.
4.3 Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya
ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan
sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh
bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan
jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan
tumbuh-tumbuhan (Effendie, 2002).
Induk ikan
komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 1 : 1 ( ♀ :
♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam kolam yang sudah diisi air dan
dilengkapi dengan tali rafia sebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk
betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan
sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet.
Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari tanggal 11 Oktober 2014 hingga
waktu dini hari tanggal 12 Oktober 2014 pada pukul 05.00. Telur-telur
yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat
tali rafia. Induk ikan komet diangkat atau
dikeluarkan dari dalam kolam dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya
sendiri.
4.4 Pemeliharaan Larva
Dalam praktikum
ini, larva ikan komet yang telah menetas dibiarkan selama 3 hari tanpa
pemberian pakan. Larva tersebut memperoleh makanan dari kuning telur yang
dibawa dari dalam telurnya sebelum ikan tersebut menetas. Setelah larva berusia
3 hari barulah diberikan pakan tambahan berupa cacing sutra atau kuning telur
ayam. Makanan tersebut mengandung energi yang dibutuhkan oleh larva ikan komet
dan untuk dapat melanjutkan kehidupannya.
Anak ikan yang
baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ
luar maupun organ dalamnya. Perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap yaitu
prolarva dan postlarva.
Pada saat
kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan.
Pergerakan ini memerlukan energi. Menurut Laurence, (1969) pengambilan energi
terjadi dalam proses katabolisme. Ketika kuning telur hampir habis dihisap,
terjadi percampuran makanan yaitu dengan dimulainya mengambil makanan dari
luar.
4.5 Perhitungan Jumlah survival rate (SR)
Tanggal
|
Jumlah telur (butir)
|
Jumlah menetas (ekor)
|
HR
(%)
|
SR (%)
|
Jumlah larva (ekor)
|
|||
Bertelur
|
Menetas
|
7
|
14
|
s.1
|
s. 2
|
|||
11/10/14
|
13/10/14
|
650
|
550
|
79
|
69
|
67
|
350
|
200
|
11/10/14
|
11/10/14
|
1150
|
1050
|
90
|
46
|
27
|
580
|
470
|
SR = Jumlah
Benih x 100 %
Jumlah telur menetas
= 1600 X 100%
1800
= 80 %
4.6 Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan komet sebaiknya terbebas dari bahan-bahan
yang biasa menyebabkan ikan sakit. Air yang digunakan untuk kolam komet
memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan bersuhu 22-260C. Dilakukan
penyiponan tiap 3 hari dan airnya harus diganti secara rutin karena kotoran
dari ikan komet ini sangat banyak sehingga akan mempengaruhi kualitas perairan
dalam wadah kolam.
Kebiasaan pada ikan komet saat makan adalah ikan
komet akan membuka mulutnya lebar dan kemudian
menyedot makanannya seperti alat penghisap. Terkadang
mengaduk-aduk dasar air dengan mulut dan badannya sehingga menimbulkan bayang
kecoklatan pada perairan.
4.7 Penyakit
Penyakit kutu
ikan disebabkan oleh Argulus sp., sehingga penyakitnya biasa disebut argulosis.
Argulus sp. merupakan ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh
ikan. Parasit ini termasuk kelas Crustacea. Argulus berbentuk pipih dan
pada bagian dorsal dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh bagian
tubuhnya. Secara keseluruhan susunan tubuh argulus sangat cocok untuk sifat
hidupnya sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya
dengan kecepatan gerak ikan (Khordi, 2004). Argulus menyerang hampir
semua jenis ikan air tawar baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ia menggigit
inangnya dengan rahang, kemudian melepaskan sengat pada luka gigitan agar tidak
terjadi pembekuan darah. Akibat dari serangan argulus adalah terjadinya
penurunan berat badan, bahkan menyebabkan kematian pada ikan berukuran kecil.
Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau dengan
sikat yang halus.
Penyakit yang
menyerang ikan komet disebabkan oleh parasit yaitu penyakit Lerneasis
dan penyakit kutu ikan. Jenis Lernea banyak ditemukan menyerang ikan air
tawar adalah Lernea cyprinacea. Ikan komet termasuk salah satu jenis
ikan hias air tawar. Lernea cyprinacea yaitu sejenis udang renik yang
berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ
yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing
jangkar (Afrianto,1992). Dengan perantaraan organ ini cacing jangkar
menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar terserang
parasit Lernea terutama pada saat pembenihan atau pendederan.
Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam,
menyaring air sebelum dialirkan ke kolam, menggunakan bahan kimia untuk
membasminya.
4.8 Analisis Usaha Pembenihan ikan komet
Asumsi
usaha pembenihan komet
untuk satu periode. Direcanakan
1 unit untuk usaha pembenihan. Dibawah ini akan diuraikan usaha pembenihan
untuk satu unit pembenihan.
a.
Induk
yang dipijahkan sebanyak 6 pasang induk Harga Rp 30.000/ekor. Induk komet digunakan sebanyak 1 kali pemijahan
- Lama
pemeliharaan 2 bulan
- Pakan
cacing sutera, pakan hipofit, dan pakan FF999
- Hasil
panen sebanyak 700 (ukuran 4-5, 6-8 cm/ekor)
- Harga
jual benih Rp. 500 - 1000
Adapun
perhitungan biaya usaha, pendapatan serta keuntungan, dan analisis kelayakan
usaha adalah sebagai berikut :
A. Biaya Investasi
Biaya
investasi adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha. Biaya ini
digunakan untuk pengadaan peralatan proses produksi dan sarana penunjang.
Adapun
rincian biaya investasi usaha pembenihan ikan komet sebagai berikut :
Keterangan
|
Jumlah (Rp)
|
2 seser/ serokan halus @ Rp.
6000,00
2 ember plastic (diameter 40-50
cm) @ Rp.15.000,00
2 tali
raffia/ untuk subtrat
(ukuran 1 m x 0,4 m) @ Rp 2000,00
|
12.000,00
30.000,00
4.000,00
|
Total
|
46.000,00
|
B. Biaya Produksi
Biaya
produksi adalah modal harus dikeluarkan untuk memproduksi benih ikan komet.
Adapun
rincian biaya produksi untuk pemebenihan dalam satu periode sebagai berikut :
Keterangan
|
Jumlah (Rp)
|
Satu pasang induk untuk 1 kali pemijahan
Cacing sutera ( Tubifex sp.) 2 gelas
Pakan Hipofit (0,5 kg )
Pakan FF999 ( 2 kg )
|
30.000,00
12.000,00
6.000,00
30.000,00
|
Total
|
78.000,00
|
C. Pendapatan dan Keuntungan
Penjualan
Benih ikan komet :
ukuran
4-5 cm : 400 ekor x Rp.500 = Rp. 200.000,00
ukuran
6-8 cm : 300 ekor x Rp. 1000 = Rp. 300.000,00
Keuntungan
yang diperoleh : Rp. 500.000,00 – Rp. 124.000,00
= Rp. 376.000,00
4.9 Analisis Kelayakan Usaha
Indikator
yang digunakan :
a. BEP (Break even poin) yaitu untuk
mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai
titik impas, yaitu tidak untung tidak rugi. Usaha layak jika nilai BEP lebih besar dari
jumlah unit yang sedang di produksi. Sementara itu, nilai BEP harus lebih rendah dari pada harga yang berlaku saat ini.
- BEP
Produksi
= total biaya produksi : harga jual per ekor
= Rp. 124.000 : Rp.500 - 1000 /ekor
= 700 ekor
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.
Induk yang
digunakan dalam kegiatan teknik budidaya ikan komet adalah dengan perbandingan
1:2 ( ♀ : ♂). Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai ekor persis sama
seperti ekor indukya, dan dari hasil seleksi ini diperoleh 80% ekor benih ikan komet.
2.
Wadah yang
digunakan dalam teknik budidaya ikan komet (Carassius auratus) adalah
kolam permanen berukuran 2m x 1m untuk kolam pembenihan dan ukuran 2m x 2m
untuk kolam pendederan dan pemeliharaan induk ikan komet.
3.
Penyakit yang
menyerang ikan komet (Carassius auratus) adalah penyakit Lerneasis dan
penyakit kutu ikan yang disebabkan oleh Argulus sp. Dan analisis usaha
teknik budidaya ikan komet yang didapat yaitu dari total keseluruhannya adalah
: Rp. 376.000,00.-