Jumat, 20 Februari 2015

LAPORAN KUNJUNGAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

LAPORAN KUNJUNGAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT



 

















Oleh :
Abdul Robani
12/APY/0666
                            






PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
AKADEMI PERIKANAN YOGYAKARTA
Februari, 2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan yang berjudul “Kunjungan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun dalam hal tugas Mata Kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Atas tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Riski Tanjung, S.Pi.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungannya`.
3. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta, 16 Februari 2015
Penulis
Abdul Robani










DAFTAR ISI
I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan
1.3  Manfaat
1.4  Waktu dan Tempat
II.    HASIL KUNJUNGAN
2.1  Lokasi : BBPBAT Sukabumi
2.1.1        Hama
2.1.2        Penyakit
2.1.3        Pengendalian Penyakit
2.2  Lokasi : Dee Jee Fish
2.2.1        Penyakit Parasit
2.2.2        Penyakit Jamur
2.2.3        Penyakit Bakteri
2.2.4        Penyakit Non Infeksi

III. KESIMPULAN










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan dengan luas wilayah dua pertiga terdiri dari lautan dan sepertiga daratan, memiliki potensi sumberdaya alam hayati cukup besar, seperti sumberdaya hayati perikanan merupakan salah satu modal besar dalam pembangunan nasional. Pembangunan perikanan khususnya budidaya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hampir seluruh daerah di Indonesia aktif dan giat dalam pembangunan perikanan khususnya budidaya air tawar di BBPBAT Sukabumi dan  Dee Jee Fish. Propinsi jawa barat merupakan salah satu daerah yang cukup produktif dalam budidaya perikanan, karena mobilitas produk perikanan sangat tinggi, baik masuk ataupun keluar dari popinsi jawa barat, sehingga serangan penyakit pada ikan dapat timbul sewaktu-waktu, bersifat eksplosif (meluas), penyebarannya cepat dan seringkali menimbulkan kematian yang cepat pula. Penyakit ikan disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur, virus, faktor lingkungan dan nutrisi atau makanan. Salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan identifikasi penyakit penyebab pada ikan.
Identifikasi hama dan penyakit ikan merupakan bagian dari pemeriksan penyakit ikan. Selain identifikasi penyakit masih ada deteksi, diagnosis, serta karakterisasi penyakit ikan. Deteksi penyakit ikan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ikan, sedangkan diagnosis bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit ikan, lalu identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis dan sifat umum dari miikroorganisme penyebab penyakit ikan, sedangkan karakterisasi ditujukan untuk mengetahu sifat-sifat khusus dari miikrooganisme penyebab penyakit ikan.
Seiring dengan peningkatan peran sektor ini dalam pembangunan nasional, ekses negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan pun semakin meningkat akibat usaha intensifikasi tanpa mengindahkan daya dukung lingkungan dan rendahnya efektifitas upaya pencegahan dan pengendalian. Salah satunya berupa serangan hama dan penyakit ikan yang menjadi penyebab utama kegagalan dalam usaha budidaya. Umumnya wabah penyakit yang menyerang ikan dikolam disebabkan oleh kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan kolam. Jarang sekali dijumpai adanya serangan penyakit terhadap ikan yang dipelihara di kolam-kolam yang terawat baik.


1.2  Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat menganalisa penyakit, virus, maupun bakteri yang menyerang ikan di BBPBAT Sukabumi dan Dee jee fish. Dapat menentukan atau mendiagnosa penyakit ikan serta cara yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut

1.3  Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa bisa melakukan pemeriksaan dan penanggulangan khususnya pada bakteri dan virus yang menyerang suatu usaha budidaya dan dapat menanggulangi masalah parasit tersebut baik dalam skala massal dan dapat terjun langsung di dalam masyarakat.
1.4  Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan kunjungan praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, jurusan Budidaya Perairan, pada hari rabu tanggal 11 Februari  2015 yang bertempat di BBPBAT Sukabumi dan Dee Jee Fish.



















BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.1  Lokasi : BBPBAT Sukabumi
Komoditas yang dibudidayakan di BBPBAT adalah sebagai berikut: Komoditas Budidaya Unggulan Ikan Nila (Oreochromis sp.) Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Ikan Lele (Claris gariepinus) Patin,gurame, Udang Galah dan Ikan Hias.
2.1.1        Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :
1. Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
2. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.
3. Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya
Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan cepat terurai kembali menjadi netral.
Ada beberapa tindakan penanggulangan serangan hama yang dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Ular
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu. 
Penanggulangan Ular :
1. Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu, cara menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan lingkungan kolam.
2. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya.
3. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
b. Ikan Seribu
Gupi, ikan seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish[1], di berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan lain-lain.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama ini terhadap ikan :
1. Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
2. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.
3. Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya.
c. Keong Emas
Keong mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen.
2.1.2        Penyakit
Pada kebiasaannya, penyakit-penyakit ikan adalah disebabkan oleh patogen
(agen-agen yang menyebabkan penyakit) seperti berikut :
a) Parasit (Endoparasit/Ektoparasit)
b) Kulat
c) Bakteria
d) Virus
e) Punca-punca lain seperti faktor genetik dan persekitaran
Ciri-ciri ikan berpenyakit :
a. Ciri ikan yang terdeteksi terkena penyakit dilihat dari tingkah laku
·         Ikan cenderung naik kepermukaan
·         Berenang lamban
·         Cenderung memisahkan diri
·          Nafsu makan berkurang
·          Menggosok-gosokan tubuh kedinding kolam
b. Gejala klinis
·         Warna tubuh abnormal
·         Sisik terkuak
·         Mata menonjol
·         Tubuh kasap
·         Borok dipermukaan tubuh
·         Insang rusak
·         Sirip teriritasi
·         Hati abnormal
2.1.3        Pengendalian Penyakit
Pada prinsipnya pencegahan akan lebih baik dan efektif daripada mengobati. Dibawah ini ada hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian penyakit
·         Inang
·         Lingkungan
·         Pathogen
Ketiga faktor diatas sangat berkaitan satu sama lain, dengan contoh bila kolam atau media ikan tidak sesuai standar persiapan kolam(lingkungan) maka akan memudahkan penyakit menempel pada inang begitupun sebaliknya inang tidak akan terhinggap penyakit bila lingkungan sudah dipersiapkan sesuai standar dengan contoh adanya pengapuran dan pemupukan begitupun kondisi suhu air yang ideal.
Penyakit pada ikan terbagi kedalam
·         Parasit
·         Jamur
·         Bakteri
·         virus
a. Parasit Trichodina sp
Tanda penyakit : Kulit teriritasi, kumis kriting pada lele
Pengendalian : Methylene blue+Nacl, garam 500-1000 ppm
Epistilis sp
Pada ikan hias terlihat benjolan putih pada permukaan kulit, tampilan pucat
Pengendalian : Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Chillodonella sp
Tanda penyakit: Gerakan lamban, warna tubuh pucat, kulit teriritasi
Pengendalian : Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Myxosporea
Tanda penyakit: Insang putih
Pengendalian : Dengan pengapuran.
Lernaea sp
Tanda penyakit: Pendarahan poda lokasi infeksi, kurang nafsu makan
Pengendalian : Dengan pengapuran
b. Jamur
Achlya sp dan Saprolegina sp
Tanda penyakit adanya hypa (seperti kapas)
Pengendalian : Methylene blue
c. Bakteri Aeromonas hydrophila
Tanda penyakit : Borok, dropsy, iritasi sirip, sisik menguak.
Pengendalian : Antibiotic yang diijinkan
d. Virus Koi Herpes Virus ( KHV )
Tanda penyakit: Kematian masal, kerusakan insang
Pengendalian : Dengan caya meningkatkan daya tubuh ikan dengan pemberian vitamin C untuk ikan yang belum terserang.
     Menurut Joko Purwanto, dalam melakukan penelitian KHV di BBPBAT Sukabumi ini, pihaknya juga bekerjasama dengan beberapa peneliti dari univesitas ternama di Indonesia seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan beberapa perguruan tinggi yang fokus dalam dunia perikanan.
Saat ini, vaksin tersebut sudah mulai digunakan tetapi belum bisa disebar luaskan kepada umum karena masih perlu beberapa kali penelitian lagi.
Untuk mengetahui sejauh mana vaksin ini berfungsi pihaknya sudah beberapa kali melakukan uji coba terhadap ikan koi dan mas dengan cara “menyuntikan” KHV ke tubuh ikan yang sudah diberikan vaksin.
Selain itu, juga melakukan rekayasa alam seperti menurunkan suhu lingkungan di mana ikan tersebut ditebar, karena KHV akan cepat menyerang ikan pada suhu di bawah 27 derajat celcius.
“Kami akui vaksin tersebut masih perlu perbaikan kualitasnya, karena seperti diketahui virus tidak bisa diobati karena virus berkembang di benda hidup atau bernyawa dan tidak bisa hidup di benda mati. Maka dari itu vaksin ini fungsinya untuk imunisasi atau kekebalan daya tahan tubuh ikan terhadap serangan penyakit yang disebabkan virus,” tambahnya.
Sejak beberapa belas tahun lalu, KHV merupakan penyakit ikan yang paling ditakuti oleh petani atau pembudidaya ikan, karena serangannya cukup mematikan bahkan akibat penyakit ini sering terjadi kematian massal tehadap ikan yang hanya dalam waktu singkat saja. Diharapkan dengan adanya vaksin ini, ke depannya daya tahan tubuh ikan, khususnya koi dan mas, bisa lebih tahan terhadap serangan KHV.

2.2 Lokasi : Dee Jee Fish
Komuditas yang dibudidayakan di Dee Jee Fish adalah sebagai berikut : Ikan Patin, Ikan Baung, dan Ikan Hias.
Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
2.2.1 Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
2.2.2 Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.


2.2.3 Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit, Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2.2.4 Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. – Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat. Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih. Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.






BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan


Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
1.      Hama ikan adalah organisme hewan yang secara langsung maupun tidak langsung membunuh atau memakan ikan yang dipelihara dikolam.
2.      Tidak semua ikan memiliki parasit. Hanya ikan dalam kondisi tertentu saja yang di tubuhnya terdapat parasit.
3.      Gejala yang ditemukan terhadap masing-masing parasit dan jamur dapat diketahui dari morfologi dan tingkah lakunya ikan yang diserang.

4.     
Semua jenis penyakit seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus yang terdapat pada ikan dapat disembuhkan dan ditanggulangi sebelum ikan tersebut mati.




Jumat, 06 Februari 2015

Uji Coba Budidaya Cacing Sutra Yang Efesien

Uji Coba Budidaya Cacing Sutra

Kali ini bani akan berbagi cara mendulang rupiah dari budidaya cacing sutera yg merupakan salah satu peluang usaha modal kecil bisa menghasilkan untung berlimpah. Perlu diketahui akhir akhir ini permintaan pasar cacing sutera sangat tinggi, apa lagi bila musim penghujan harga cacing sutera bisa naik dua kali lipat, dikarenakan banjir hingga ketersediaan cacing di got saluran air menghilang. Padahal cacing sutera amat dibutuhkan oleh para pembudidaya ikan.



Gambar : Cacing Sutra
sumber : Data Pribadi

Di Indonesia cacing sutra dikenal dengan nama cacing rambut yang merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Dewasa ini budidaya ikan semakin berkembang, kebutuhan akan pakan menjadi salah satu masalah yang menjadi perhatian serius dari akuakulturis yang bergerak di bidang ini. Salah satu pakan yang menjadi kebutuhan bagi kegiatan budidaya adalah pakan alami dan yang paling banyak digunakan maupun diperjual belikan adalah cacing rambut atau cacing sutera.

KLASIFIKASI CACING SUTRA / CACING RAMBUT
Berikut dari klasifikasi cacing sutra :
  1. Filum : Annelida
  2. Kelas : Oligochaeta
  3. Ordo : Haplotaxida
  4. Famili : Tubifisidae
  5. Genus : Tubifex
  6. Spesies : Tubifex sp.

SYARAT HIDUP CACING SUTRA

Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm. Sama seperti hewan air lainnya, air memegang fungsi penting untuk kelangsungan hidup cacing ini. Berikut ini merupakan parameter kualitas air agar cacing sutra / cacing rambut tumbuh optimal :
  • pH : 5. 5 – 8. 0
  • Suhu : 25 – 28 c
  • DO( oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm
  • Sebaiknya terdapat air mengalir dengan debit yang tidak terlalu besar.
Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.
Gambar : Media Cacing Sutra
Sumber : Data Pribadi


TEKNIK BUDIDAYA CACING SUTRA

1. Persiapan Bibit Cacing Sutra
Bibit bisa dibeli dari kios ikan hias atau diambil dari alam dengan catatan sebaiknya bibit cacing di karantina terlebih dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen. Cacing dikarantina 2-3 hari dengan dialiri air bersih dengan debit yang kecil dan memiliki kandungan oksigen yang cukup.

2. Persiapan Media Tumbuh Cacing Sutra
Media tumbuh dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 2 x 2 meter dengan sirkulasi air saluran pemasukan dan pengeluaran air.

3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2 untuk sumber makanan cacing. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.

Cara pembuatan pupuk :
  1. Siapkan kotoran unggas, jemur 4-6 jam agar kering dan gas berbahaya dapat menguap.
  2. Siapkan bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Fermentor banyak terdapat di toko pertanian, perikanan, dan peternakan.
  3. Aktifkan bakterinya dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300 ml air terus diamkan kurang lebih 2 jam.
  4. Campur cairan itu ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.
  5. Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari agar kotoran ayam dapat terfermentasi dengan benar.
Fermentasi
Bertujuan untuk menaikkan kandungan N-organik dan C-organik hingga 2 kali lipat. Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
Penebaran Bibit
Bibit ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)

Pemeliharaan Cacing Sutra
  • Lahan uji coba berupa kolam permanen berukuran 2 x 2 m dengan kedalaman 8 cm.
  • Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan  lumpur (gunakan lumpur bebas limbah kimia).
  • Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari.
  • Pompa celup (Pipa Pengeluaran/Outlet) dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 1/2  inci dengan panjangsekitar 1.5 m.
  • Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
  • Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 6 cm.
  • Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.
  • Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
  • Masukkan kotoran unggas kering sebanyak 20 kg, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
  • Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 8 cm.
  • Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
  • Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
  • Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.
  • Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budidaya ke seluruh permukaan kolam secara merata.
  • Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 1/2 inci.

Pakan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga membutuhkan makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.
Panen Cacing Sutera
Panen cacing sutera dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bisa dipanen setiap minggu sekali. Cara pemanenan cacing sutera dengan menggunakan serokhalus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air, kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan. Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 50 – 80 gram/m2 per minggu. Untuk mendapatkan cacing rambut yang cukup dan berkesinambungan, panjang parit perlu dirancang sesuai dengan keperluan setiap harinya.